PEMBELAJARAN SOSIAL EMOSIONAL
Oleh :
Achmad Falichul Hidayat, S.Kom
SMP Negeri 2 Lamongan
CGP Angkatan 9 Kab. Lamongan, Jawa Timur
Assalamu'alaikum wr.wb
Pada kesempatan ini saya ingin berbagi pengalaman dalam menjalani program pendidikan guru penggerak angkatan 9, dimana sudah hampir mencapai setengah perjalanan dalam program ini atau kurang lebih 13 minggu. Kami telah mempelajari pendekatan M-E-R-D-E-K-A (Mulai dari diri, Elaborasi konsep, Ruang kolaborasi, Demonstrasi kontekstual, Elaborasi pemahaman, Koneksi antar materi, dan Aksi nyata), dan sudah menyelesaikan sekitar setengah dari total modul yang berjumlah sekitar 10 modul dalam program ini.
Pada kesempatan ini saya ingin berbagi pengalaman dalam menjalani program pendidikan guru penggerak angkatan 9, dimana sudah hampir mencapai setengah perjalanan dalam program ini atau kurang lebih 13 minggu. Kami telah mempelajari pendekatan M-E-R-D-E-K-A (Mulai dari diri, Elaborasi konsep, Ruang kolaborasi, Demonstrasi kontekstual, Elaborasi pemahaman, Koneksi antar materi, dan Aksi nyata), dan sudah menyelesaikan sekitar setengah dari total modul yang berjumlah sekitar 10 modul dalam program ini.
Pada modul terakhir, kami mendalami konsep kesejahteraan psikologis atau well-being. Kami memahami pentingnya, relevansinya dalam pembelajaran saat ini, dan bagaimana mengimplementasikannya dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari. Kami juga fokus pada penerapan mindfulness secara konsisten di tengah komunitas sekolah. Selain itu, kami mempelajari dan mengimplementasikan penguatan Kompetensi Sosial Emosional (KSE) bagi seluruh anggota sekolah melalui Pembelajaran Sosial Emosional (PSE), baik secara eksplisit maupun terintegrasi ke dalam kurikulum.
Sekarang, saya akan berbagi pengalaman dari jurnal refleksi dwi mingguan modul 2.2, yang membahas Pembelajaran Sosial Emosional dengan model refleksi 4F (Fact, Feeling, Finding, Future) atau dalam bahasa Indonesia, 4P (Peristiwa, Perasaan, Pembelajaran, Penerapan) yang diadaptasi dari konsep Robert Greenaway.
Pertanyaan pemantik refleksi kami adalah sebagai berikut:
Pertanyaan pemantik refleksi kami adalah sebagai berikut:
- Apa yang kami (CGP) amati dalam proses tersebut? (Peristiwa)
- Apa yang kami (CGP) rasakan sehubungan dengan proses yang Anda alami? (Perasaan)
- Apa yang kami (CGP) pelajari dari proses tersebut? (Pembelajaran)
- Apa umpan balik yang kami (CGP) terima? (Pembelajaran)
- Apa yang ingin kami (CGP) perbaiki atau tingkatkan untuk dampak yang lebih luas? (Penerapan)
Fakta (Fact)
Alhamdulillah, saya ingin menyampaikan terima kasih kepada Allah SWT karena dengan karunia-Nya, saya berhasil menyelesaikan modul 2.2. Ibu Ninik Widayanti sebagai fasilitator dan Ibu Tri Hendra Puji Astuti sebagai pengajar praktik telah membantu saya secara signifikan.
Sesuai dengan pendekatan MERDEKA, pembelajaran Modul 2.2 dimulai dengan pengenalan diri. Kami diberikan materi dan video melalui LMS serta diberi pertanyaan terkait pengalaman sebagai pendidik dalam konteks sosial dan emosional. Kami merespons dengan cara mengatasi krisis, belajar dari pengalaman tersebut, dan bagaimana kami dapat tumbuh melalui krisis tersebut. Kami juga menjelajahi konsep Kompetensi Sosial Emosional (KSE) melalui tugas-tugas refleksi. Dengan memahami Pembelajaran Sosial Emosional, harapannya adalah:
- Menjelaskan urgensi Pembelajaran Sosial dan Emosional untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman dan nyaman, meningkatkan kompetensi akademik, dan kesejahteraan psikologis (well-being).
- Menjelaskan konsep Pembelajaran Sosial dan Emosional berdasarkan kerangka kerja CASEL, yang bertujuan untuk mengembangkan 5 Kompetensi Sosial dan Emosional (KSE): kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab.
- Mendemonstrasikan pemahaman tentang konsep kesadaran penuh (mindfulness) sebagai dasar pengembangan 5 KSE.
- Menjelaskan implementasi Pembelajaran Sosial Emosional di kelas dan sekolah melalui 4 indikator: pengajaran eksplisit, integrasi dalam praktik mengajar dan kurikulum akademik, menciptakan iklim kelas dan budaya sekolah, serta penguatan KSE bagi pendidik dan tenaga kependidikan.
Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE) adalah upaya kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah. Berdasarkan kerangka kerja CASEL, PSE bertujuan mengembangkan 5 KSE. PSE dapat diimplementasikan melalui 4 indikator: pembelajaran eksplisit, integrasi dalam pembelajaran guru dan kurikulum akademik, menciptakan iklim kelas dan budaya sekolah, serta penguatan KSE bagi tenaga pendidik dan tenaga kependidikan.
Untuk mendalami modul tentang pembelajaran berdifrensiasi, kami melakukan tatap muka dengan fasilitator melalui ruang kolaborasi (rukol) dalam 2 sesi: diskusi dan presentasi. Hari rabu, tanggal 8 nopember 2023, merupakan pertemuan pertama di ruang kolaborasi, dimana Ibu Ninik Widayanti selaku fasilitator memberikan pemantapan tentang modul pembelajaran sosial emosional, diikuti dengan diskusi analisis implementasi KSE . Setelah kami diminta untuk mandiri mempelajari modul sebelumnya, kali ini saya berkesempatan berbagi pengalaman dengan rekan guru dalam kelompok pendidikan yang sama. Kesempatan ini saya manfaatkan untuk mendalami pemahaman saya melalui aktivitas kolaboratif, di mana kami saling bertukar ide, mendengarkan gagasan rekan dari kelompok CGP lain, dan berdiskusi untuk mengklarifikasi pemahaman serta miskonsepsi yang mungkin masih ada.
Selanjutnya, saya dan kelompok saya bertanggung jawab untuk menyajikan hasil kolaborasi kami dalam forum kelompok besar, di mana kami dapat saling belajar, berbagi, dan memperkuat pemahaman. Presentasi ini dijadwalkan pada ruang kolaborasi hari kedua, yakni kamis, 9 nopember 2023. Pada kegiatan tersebut, terjadi diskusi yang sangat seru dan menyenangkan, memperkaya pemahaman kita bersama.
Jumat, 10 nopember 2023, merupakan waktu pengerjaan demonstrasi kontekstual. Dimana dalam sesi ini, kami diminta untuk menyusun Rencana Implementasi Pembelajaran Sosial dan Emosional untuk murid di kelas. Rencana ini saya sampaikan melalui Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), yang mencakup implementasi lima kompetensi pembelajaran sosial dan emosional. Dalam penyusunan RPP, saya mempertimbangkan aspek-aspek dalam rubrik penilaian, termasuk tujuan pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian pembelajaran, dan pengintegrasian pembelajaran sosial dan emosional.
Selasa, 14 nopember 2023, merupakan waktu berjumpa dengan instruktur dalam Elaborasi Pemahaman. Instruktur kali ini adalah Bapak Truko Tiyanto. Selama sekitar dua setengah jam, saya menerima penjelasan lebih lanjut dari beliau untuk memperdalam pemahaman saya mengenai Pembelajaran Sosial dan Emosional. Pengalaman ini sungguh luar biasa. Kemudian, kegiatan dilanjutkan dengan mengerjakan tugas koneksi antar materi pada hari rabu, tanggal 15 nopember 2023, adalah saat Koneksi Antar Materi. Dalam sesi ini, saya diminta menjawab beberapa pertanyaan pemantik untuk mengukur sejauh mana pemahaman saya tentang pembelajaran sosial dan emosional. Saya juga diminta mengaitkan hubungan materi pada modul 2.2 dengan modul-modul sebelumnya. Terakhir, pada hari kamis, 16 nopember 2023, menjadi sesi terakhir dari setiap modul, yakni aksi nyata. Di sini, saya diminta untuk mengimplementasikan RPP yang telah saya buat dalam situasi pembelajaran sebenarnya.
Feeling (Perasaan)
Selama sekitar dua minggu mempelajari modul 2.2, saya merasakan berbagai emosi, termasuk kebahagiaan, kesedihan, dan kegembiraan, semuanya bercampur aduk dengan keinginan dan tekad kuat untuk menyelesaikan Program Guru. Banyak perasaan yang muncul, seperti kebahagiaan karena peningkatan ilmu, terutama dalam mengenali dan mengelola emosi agar tidak berdampak negatif pada murid. Sebelumnya, saya merasa bahwa perasaan saya tidak akan mempengaruhi pelaksanaan tugas sebagai guru.
Namun, setelah mempelajari modul ini, saya menyadari pentingnya pemahaman terhadap perasaan murid. Muncul rasa cemas bahwa ketidakmampuan memahami perasaan mereka dapat berdampak pada proses pembelajaran. Saya tidak ingin ketidakmampuan ini mengurangi kualitas hasil pembelajaran yang telah dilaksanakan.
Meskipun sebelumnya saya telah menerapkan pembelajaran Sosial Emosional di sekolah, modul ini memberikan pemahaman yang lebih spesifik tentang konsep ini dan bagaimana mengatur pembelajaran sosial emosional dengan baik. Saya belajar banyak tentang bagaimana menjadi guru yang mampu mengelola sosial emosional, serta menerapkan pembelajaran sosial emosional di lingkungan sekolah.
Semua perasaan dan pengetahuan baru ini menjadi motivasi saya untuk terus meningkatkan kualitas pembelajaran dan interaksi sosial emosional di sekolah. Saya bersyukur telah mengikuti program ini yang membuka wawasan dan memperkaya perjalanan profesi saya sebagai seorang guru.
Finding (Pembelajaran)
Dalam menjalani modul 2.2 tentang pembelajaran sosial emosional, saya meraih banyak ilmu baru. Modul ini mengajarkan bahwa mengenali emosi diri sebelum melakukan tindakan penting, agar tindakan tersebut tidak berdampak buruk pada diri sendiri maupun orang lain. Selain mengenali, kita diajak untuk mengelola emosi agar kembali ke keadaan bahagia. Materi lain yang saya peroleh meliputi kesadaran sosial, keterampilan berelasi, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab. Semua materi tersebut bertujuan menciptakan hubungan yang baik dan positif dengan rekan kerja, murid, dan masyarakat di sekitar.
Beberapa kesimpulan yang saya ambil dari modul ini meliputi:
Pembelajaran Sosial dan Emosional adalah upaya kolaboratif di seluruh komunitas sekolah untuk memberikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap positif tentang 5 Kompetensi Sosial dan Emosional.
Kelima Kompetensi Sosial Emosianal meliputi:
- Kesadaran Diri (Self Awareness),
- Pengelolaan Diri (Self Management),
- Kesadaran Sosial (Social Awareness),
- Kemampuan Berinteraksi Sosial (Relationship Skills),
- Pengambilan Keputusan Bertanggung Jawab (Responsible Decision-Making).
Kompetensi sosial emosional dapat diaplikasikan di kelas dan sekolah melalui pembelajaran eksplisit atau terintegrasi dalam proses belajar guru dan kurikulum akademik. Selain itu, menciptakan iklim kelas dan budaya sekolah serta penguatan pada tenaga pendidik dan tenaga kependidikan juga merupakan aspek penting.
Implementasi PSE dengan pengajaran eksplisit memastikan murid memiliki kesempatan yang konsisten untuk mengembangkan dan merenungkan kompetensi sosial dan emosional secara sesuai dengan keragaman budaya. Pengajaran eksplisit KSE dapat dilaksanakan dalam kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler.
Untuk mengintegrasikan KSE dalam praktek mengajar guru dan kurikulum akademik, tujuan Kompetensi Sosial Emosional dapat disatukan dengan konten pembelajaran dan strategi pembelajaran pada materi akademik, musik, seni, dan pendidikan jasmani.
Indikator ketiga dalam implementasi pembelajaran sosial dan emosional adalah menciptakan iklim kelas dan budaya sekolah. Lingkungan yang memprioritaskan kualitas relasi antara guru dan murid menjadi faktor kunci dalam menciptakan iklim yang positif. Kualitas relasi ini menciptakan perasaan aman dan nyaman bagi murid untuk mengekspresikan diri mereka.
Pentingnya PSE adalah untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman dan nyaman, memungkinkan seluruh individu di sekolah meningkatkan kompetensi akademik dan kesejahteraan psikologis secara optimal. Program ini menjadi landasan bagi peningkatan kualitas pembelajaran dan interaksi sosial emosional di sekolah, yang saya nilai sebagai suatu kemajuan positif dalam perjalanan profesi saya sebagai guru.
Future (Penerapan)
Dari pemahaman mendalam materi PSE dalam modul 2.2, saya berencana untuk menerapkannya terlebih dahulu dalam lingkup kelas saya di sekolah. Salah satunya adalah dengan memulai pembelajaran melalui teknik Bernafas dengan kesadaran penuh menggunakan metode STOP. Selain itu, saya juga berencana mengintegrasikan kompetensi tersebut dalam setiap sesi pembelajaran, seperti menerapkan kesadaran sosial dalam kegiatan diskusi kelas. Selanjutnya, saya akan menerapkan keterampilan berelasi saat memberikan refleksi atau umpan balik terhadap hasil kerja teman sekelas atau menjelaskan konsep kepada murid dengan menggunakan kata-kata yang positif dan mudah dimengerti.
Demikian refleksi dwi mingguan saya tentang Modul 2.2 yang coba saya ungkapkan dalam jurnal ini mengenai Pembelajaran Sosial Emosional. Semoga jurnal ini dapat menginspirasi dan dapat memberikan manfaat bagi orang lain. Terima kasih dan semoga bermanfaat.
Wa'alaikumsalam wr.wb
Salam Guru Penggerak!
Tergerak, Bergerak, Menggerakkan
Dokumentasi Kegiatan :
Gambar Rukol sesi 1 : diskusi (dokpri)
Gambar Rukol sesi 2 : presentasi (dokpri)
Gambar. Elaborasi pemahaman modul 2.2 (dokpri)
0 Comment to "Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 2.2"
Posting Komentar