Tampilkan postingan dengan label guru penggerak. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label guru penggerak. Tampilkan semua postingan

Selasa, 14 November 2023

Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 2.2

Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 2.2

PEMBELAJARAN SOSIAL EMOSIONAL

Oleh :
Achmad Falichul Hidayat, S.Kom
SMP Negeri 2 Lamongan
CGP Angkatan 9 Kab. Lamongan, Jawa Timur

Assalamu'alaikum wr.wb
Pada kesempatan ini saya ingin berbagi pengalaman dalam menjalani program pendidikan guru penggerak angkatan 9, dimana sudah hampir mencapai setengah perjalanan dalam program ini atau kurang lebih 13 minggu. Kami telah mempelajari pendekatan M-E-R-D-E-K-A (Mulai dari diri, Elaborasi konsep, Ruang kolaborasi, Demonstrasi kontekstual, Elaborasi pemahaman, Koneksi antar materi, dan Aksi nyata), dan sudah menyelesaikan sekitar setengah dari total modul yang berjumlah sekitar 10 modul dalam program ini.

Pada modul terakhir, kami mendalami konsep kesejahteraan psikologis atau well-being. Kami memahami pentingnya, relevansinya dalam pembelajaran saat ini, dan bagaimana mengimplementasikannya dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari. Kami juga fokus pada penerapan mindfulness secara konsisten di tengah komunitas sekolah. Selain itu, kami mempelajari dan mengimplementasikan penguatan Kompetensi Sosial Emosional (KSE) bagi seluruh anggota sekolah melalui Pembelajaran Sosial Emosional (PSE), baik secara eksplisit maupun terintegrasi ke dalam kurikulum.

Sekarang, saya akan berbagi pengalaman dari jurnal refleksi dwi mingguan modul 2.2, yang membahas Pembelajaran Sosial Emosional dengan model refleksi 4F (Fact, Feeling, Finding, Future) atau dalam bahasa Indonesia, 4P (Peristiwa, Perasaan, Pembelajaran, Penerapan) yang diadaptasi dari konsep Robert Greenaway.
Pertanyaan pemantik refleksi kami adalah sebagai berikut:
  1. Apa yang kami (CGP) amati dalam proses tersebut? (Peristiwa)
  2. Apa yang kami (CGP) rasakan sehubungan dengan proses yang Anda alami? (Perasaan)
  3. Apa yang kami (CGP) pelajari dari proses tersebut? (Pembelajaran)
  4. Apa umpan balik yang kami (CGP) terima? (Pembelajaran)
  5. Apa yang ingin kami (CGP) perbaiki atau tingkatkan untuk dampak yang lebih luas? (Penerapan)
Fakta (Fact)
Alhamdulillah, saya ingin menyampaikan terima kasih kepada Allah SWT karena dengan karunia-Nya, saya berhasil menyelesaikan modul 2.2. Ibu Ninik Widayanti sebagai fasilitator dan Ibu Tri Hendra Puji Astuti sebagai pengajar praktik telah membantu saya secara signifikan.

Sesuai dengan pendekatan MERDEKA, pembelajaran Modul 2.2 dimulai dengan pengenalan diri. Kami diberikan materi dan video melalui LMS serta diberi pertanyaan terkait pengalaman sebagai pendidik dalam konteks sosial dan emosional. Kami merespons dengan cara mengatasi krisis, belajar dari pengalaman tersebut, dan bagaimana kami dapat tumbuh melalui krisis tersebut. Kami juga menjelajahi konsep Kompetensi Sosial Emosional (KSE) melalui tugas-tugas refleksi. Dengan memahami Pembelajaran Sosial Emosional, harapannya adalah:
  1. Menjelaskan urgensi Pembelajaran Sosial dan Emosional untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman dan nyaman, meningkatkan kompetensi akademik, dan kesejahteraan psikologis (well-being).
  2. Menjelaskan konsep Pembelajaran Sosial dan Emosional berdasarkan kerangka kerja CASEL, yang bertujuan untuk mengembangkan 5 Kompetensi Sosial dan Emosional (KSE): kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab.
  3. Mendemonstrasikan pemahaman tentang konsep kesadaran penuh (mindfulness) sebagai dasar pengembangan 5 KSE.
  4. Menjelaskan implementasi Pembelajaran Sosial Emosional di kelas dan sekolah melalui 4 indikator: pengajaran eksplisit, integrasi dalam praktik mengajar dan kurikulum akademik, menciptakan iklim kelas dan budaya sekolah, serta penguatan KSE bagi pendidik dan tenaga kependidikan.
Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE) adalah upaya kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah. Berdasarkan kerangka kerja CASEL, PSE bertujuan mengembangkan 5 KSE. PSE dapat diimplementasikan melalui 4 indikator: pembelajaran eksplisit, integrasi dalam pembelajaran guru dan kurikulum akademik, menciptakan iklim kelas dan budaya sekolah, serta penguatan KSE bagi tenaga pendidik dan tenaga kependidikan.

Untuk mendalami modul tentang pembelajaran berdifrensiasi, kami melakukan tatap muka dengan fasilitator melalui ruang kolaborasi (rukol) dalam 2 sesi: diskusi dan presentasi. Hari rabu, tanggal 8 nopember 2023, merupakan pertemuan pertama di ruang kolaborasi, dimana Ibu Ninik Widayanti selaku fasilitator memberikan pemantapan tentang modul pembelajaran sosial emosional, diikuti dengan diskusi analisis implementasi KSE . Setelah kami diminta untuk mandiri mempelajari modul sebelumnya, kali ini saya berkesempatan berbagi pengalaman dengan rekan guru dalam kelompok pendidikan yang sama. Kesempatan ini saya manfaatkan untuk mendalami pemahaman saya melalui aktivitas kolaboratif, di mana kami saling bertukar ide, mendengarkan gagasan rekan dari kelompok CGP lain, dan berdiskusi untuk mengklarifikasi pemahaman serta miskonsepsi yang mungkin masih ada.

Selanjutnya, saya dan kelompok saya bertanggung jawab untuk menyajikan hasil kolaborasi kami dalam forum kelompok besar, di mana kami dapat saling belajar, berbagi, dan memperkuat pemahaman. Presentasi ini dijadwalkan pada ruang kolaborasi hari kedua, yakni kamis, 9 nopember 2023. Pada kegiatan tersebut, terjadi diskusi yang sangat seru dan menyenangkan, memperkaya pemahaman kita bersama.

Jumat, 10 nopember 2023, merupakan waktu pengerjaan demonstrasi kontekstual. Dimana dalam sesi ini, kami diminta untuk menyusun Rencana Implementasi Pembelajaran Sosial dan Emosional untuk murid di kelas. Rencana ini saya sampaikan melalui Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), yang mencakup implementasi lima kompetensi pembelajaran sosial dan emosional. Dalam penyusunan RPP, saya mempertimbangkan aspek-aspek dalam rubrik penilaian, termasuk tujuan pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian pembelajaran, dan pengintegrasian pembelajaran sosial dan emosional.

Selasa, 14 nopember 2023, merupakan waktu berjumpa dengan instruktur dalam Elaborasi Pemahaman. Instruktur kali ini adalah Bapak Truko Tiyanto. Selama sekitar dua setengah jam, saya menerima penjelasan lebih lanjut dari beliau untuk memperdalam pemahaman saya mengenai Pembelajaran Sosial dan Emosional. Pengalaman ini sungguh luar biasa. Kemudian, kegiatan dilanjutkan dengan mengerjakan tugas koneksi antar materi pada hari rabu, tanggal 15 nopember 2023, adalah saat Koneksi Antar Materi. Dalam sesi ini, saya diminta menjawab beberapa pertanyaan pemantik untuk mengukur sejauh mana pemahaman saya tentang pembelajaran sosial dan emosional. Saya juga diminta mengaitkan hubungan materi pada modul 2.2 dengan modul-modul sebelumnya. Terakhir, pada hari kamis, 16 nopember 2023, menjadi sesi terakhir dari setiap modul, yakni aksi nyata. Di sini, saya diminta untuk mengimplementasikan RPP yang telah saya buat dalam situasi pembelajaran sebenarnya.

Feeling (Perasaan)
Selama sekitar dua minggu mempelajari modul 2.2, saya merasakan berbagai emosi, termasuk kebahagiaan, kesedihan, dan kegembiraan, semuanya bercampur aduk dengan keinginan dan tekad kuat untuk menyelesaikan Program Guru. Banyak perasaan yang muncul, seperti kebahagiaan karena peningkatan ilmu, terutama dalam mengenali dan mengelola emosi agar tidak berdampak negatif pada murid. Sebelumnya, saya merasa bahwa perasaan saya tidak akan mempengaruhi pelaksanaan tugas sebagai guru.

Namun, setelah mempelajari modul ini, saya menyadari pentingnya pemahaman terhadap perasaan murid. Muncul rasa cemas bahwa ketidakmampuan memahami perasaan mereka dapat berdampak pada proses pembelajaran. Saya tidak ingin ketidakmampuan ini mengurangi kualitas hasil pembelajaran yang telah dilaksanakan.

Meskipun sebelumnya saya telah menerapkan pembelajaran Sosial Emosional di sekolah, modul ini memberikan pemahaman yang lebih spesifik tentang konsep ini dan bagaimana mengatur pembelajaran sosial emosional dengan baik. Saya belajar banyak tentang bagaimana menjadi guru yang mampu mengelola sosial emosional, serta menerapkan pembelajaran sosial emosional di lingkungan sekolah.

Semua perasaan dan pengetahuan baru ini menjadi motivasi saya untuk terus meningkatkan kualitas pembelajaran dan interaksi sosial emosional di sekolah. Saya bersyukur telah mengikuti program ini yang membuka wawasan dan memperkaya perjalanan profesi saya sebagai seorang guru.

Finding (Pembelajaran)
Dalam menjalani modul 2.2 tentang pembelajaran sosial emosional, saya meraih banyak ilmu baru. Modul ini mengajarkan bahwa mengenali emosi diri sebelum melakukan tindakan penting, agar tindakan tersebut tidak berdampak buruk pada diri sendiri maupun orang lain. Selain mengenali, kita diajak untuk mengelola emosi agar kembali ke keadaan bahagia. Materi lain yang saya peroleh meliputi kesadaran sosial, keterampilan berelasi, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab. Semua materi tersebut bertujuan menciptakan hubungan yang baik dan positif dengan rekan kerja, murid, dan masyarakat di sekitar.

Beberapa kesimpulan yang saya ambil dari modul ini meliputi:

Pembelajaran Sosial dan Emosional adalah upaya kolaboratif di seluruh komunitas sekolah untuk memberikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap positif tentang 5 Kompetensi Sosial dan Emosional.

Kelima Kompetensi Sosial Emosianal meliputi:
  1. Kesadaran Diri (Self Awareness),
  2. Pengelolaan Diri (Self Management),
  3. Kesadaran Sosial (Social Awareness),
  4. Kemampuan Berinteraksi Sosial (Relationship Skills),
  5. Pengambilan Keputusan Bertanggung Jawab (Responsible Decision-Making).
Kompetensi sosial emosional dapat diaplikasikan di kelas dan sekolah melalui pembelajaran eksplisit atau terintegrasi dalam proses belajar guru dan kurikulum akademik. Selain itu, menciptakan iklim kelas dan budaya sekolah serta penguatan pada tenaga pendidik dan tenaga kependidikan juga merupakan aspek penting.

Implementasi PSE dengan pengajaran eksplisit memastikan murid memiliki kesempatan yang konsisten untuk mengembangkan dan merenungkan kompetensi sosial dan emosional secara sesuai dengan keragaman budaya. Pengajaran eksplisit KSE dapat dilaksanakan dalam kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler.

Untuk mengintegrasikan KSE dalam praktek mengajar guru dan kurikulum akademik, tujuan Kompetensi Sosial Emosional dapat disatukan dengan konten pembelajaran dan strategi pembelajaran pada materi akademik, musik, seni, dan pendidikan jasmani.

Indikator ketiga dalam implementasi pembelajaran sosial dan emosional adalah menciptakan iklim kelas dan budaya sekolah. Lingkungan yang memprioritaskan kualitas relasi antara guru dan murid menjadi faktor kunci dalam menciptakan iklim yang positif. Kualitas relasi ini menciptakan perasaan aman dan nyaman bagi murid untuk mengekspresikan diri mereka.

Pentingnya PSE adalah untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman dan nyaman, memungkinkan seluruh individu di sekolah meningkatkan kompetensi akademik dan kesejahteraan psikologis secara optimal. Program ini menjadi landasan bagi peningkatan kualitas pembelajaran dan interaksi sosial emosional di sekolah, yang saya nilai sebagai suatu kemajuan positif dalam perjalanan profesi saya sebagai guru.

Future (Penerapan)
Dari pemahaman mendalam materi PSE dalam modul 2.2, saya berencana untuk menerapkannya terlebih dahulu dalam lingkup kelas saya di sekolah. Salah satunya adalah dengan memulai pembelajaran melalui teknik Bernafas dengan kesadaran penuh menggunakan metode STOP. Selain itu, saya juga berencana mengintegrasikan kompetensi tersebut dalam setiap sesi pembelajaran, seperti menerapkan kesadaran sosial dalam kegiatan diskusi kelas. Selanjutnya, saya akan menerapkan keterampilan berelasi saat memberikan refleksi atau umpan balik terhadap hasil kerja teman sekelas atau menjelaskan konsep kepada murid dengan menggunakan kata-kata yang positif dan mudah dimengerti.

Demikian refleksi dwi mingguan saya tentang Modul 2.2 yang coba saya ungkapkan dalam jurnal ini mengenai Pembelajaran Sosial Emosional. Semoga jurnal ini dapat menginspirasi dan dapat memberikan manfaat bagi orang lain.  Terima kasih dan semoga bermanfaat.
Wa'alaikumsalam wr.wb

Salam Guru Penggerak!
Tergerak, Bergerak, Menggerakkan

Dokumentasi Kegiatan :

Gambar Rukol sesi 1 : diskusi  (dokpri)

Gambar Rukol sesi 2 : presentasi  (dokpri)

Gambar Rukol akhir sesi (dokpri)

Gambar Elaborasi pemahaman modul 2.2  (dokpri)

Gambar. Elaborasi pemahaman modul 2.2 (dokpri)

Gambar Elaborasi pemahaman modul 2.2 (dokpri)



Senin, 13 November 2023

Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 2.1

Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 2.1

PEMBELAJARAN DIFERENSIASI MODEL 4 C: CONNECTION, CHALLENGE, CONCEPT, CHANGE

Oleh :
Achmad Falichul Hidayat, S.Kom
SMP Negeri 2 Lamongan
CGP Angkatan 9 Kab. Lamongan, Jawa Timur

Jurnal refleksi dwimingguan ini saya tulis setelah berpartisipasi dalam proses pendidikan Angkatan ke-9 Guru Penggerak. Jurnal ini berkaitan dengan pemahaman saya terhadap Modul 2.1 "Pembelajaran untuk Memenuhi Kebutuhan Murid". Dalam menyusun jurnal ini, saya mengadopsi model 4F yang meliputi Fakta (peristiwa), Feeling (perasaan), Findings (temuan/pembelajaran), dan Future (rencana tindakan).

Berikut ini hasil refleksi saya selama mengikuti Pendidikan guru penggerak Angkatan 9 selama dua minggu ini:

Fact (Peristiwa)

Dalam dwi mingguan kelima, dari tanggal 20 oktober hingga 2 nopember 2023, seluruh Calon Guru Penggerak Angkatan 9 mempelajari Modul 2.1 dan mengikuti serangkaian kegiatan pelatihan di LMS (Learning Management System) sesuai jadwal yang telah ditentukan, dipandu oleh Pengajar Praktik, Fasilitator, dan Instruktur. Pelatihan ini mengikuti alur MERDEKA, yaitu Mulai dari Diri, Eksplorasi Konsep, Ruang Kolaborasi, Demonstrasi Kontekstual, Elaborasi Pemahaman, Koneksi Antar Materi, dan Aksi Nyata.

Kegiatan diawali dengan mengerjakan Pre-test paket modul 2 dan dilanjutkan dengan mempelajari Mulai dari Diri dan Eksplorasi Konsep dengan moda mandiri pada tanggal 20 oktober 2023.

Eksplorasi Konsep dilanjutkan pada tanggal 23-24 oktober 2023 melalui Forum Diskusi. Dalam eksplorasi konsep ini, banyak konsep diperoleh, termasuk disiplin positif, teori kontrol, teori motivasi, hukuman dan penghargaan, posisi kontrol guru, kebutuhan dasar manusia, keyakinan kelas, dan segitiga restitusi.

Video Conference di alur Ruang Kolaborasi sesi 1 dilaksanakan pada hari rabu, tanggal 25 Oktober 2023, pukul 15.00 s.d 17.45 WIB. Kelas dibagi menjadi 4 kelompok sesuai jumlah kasus yang akan dianalisis dalam diskusi. Saya termasuk kelompok 4 (SMA/SMK) bersama rekan Calon Guru Penggerak (CGP) lainnya, yaitu Pak Slamet, dan Ibu Iza. Kelompok ini berdiskusi untuk menganalisis kasus penerapan disiplin positif, yang kemudian dipresentasikan pada Video Conference alur Ruang Kolaborasi sesi 2 pada hari kamis, tanggal 26 oktober 2023, pukul 15.00 s.d 17.45 WIB.

Demonstrasi Kontekstual dilaksanakan pada tanggal 27 oktober hingga 1 nopember 2023. Di bagian ini saya saya menyusun RPP untuk pembelajaran berdiferensiasi dalam mata pelajaran Informatika dan fokus pada materi Sistem Komputer kelas VII.

Pada hari selasa, tanggal 31 Oktober 2023, pukul 15.30 s.d 17.00 WIB, saya mengikuti sesi elaborasi pemahaman melalui Video Conference (vcon) bersama Instruktur, Ibu Reni Nurhapsari (201511896810@guruku.id). Dalam sesi ini, saya sangat bersyukur karena mendapat panduan yang sangat jelas dari instruktur yang luar biasa, Ibu Desi Andriani. Beliau memberikan gambaran yang sangat terperinci tentang penerapan pembelajaran berdiferensiasi di kelas.

Ketika saya menyusun koneksi antar materi, saya menyadari bahwa semua materi yang telah saya pelajari dari modul 1.1 hingga 2.1 sangat erat kaitannya dengan prinsip memberikan prioritas pada proses pendidikan kepada para murid.

Sebagai tindakan nyata yang telah saya lakukan, saya telah menerapkan pembelajaran berdiferensiasi pada kelas VII SMP dalam pelajaran Informatika.

Feeling (Perasaan)

Saya merasa sangat bersyukur memiliki kesempatan untuk memperdalam pemahaman tentang Pembelajaran Berdiferensiasi. Materi dan interaksi dengan rekan-rekan telah membuat saya semakin termotivasi untuk mengimplementasikan pendekatan ini dalam pengajaran saya.

Saya merasa optimis dan antusias untuk menjalankan pembelajaran yang lebih mendukung kebutuhan belajar individu murid saya. Terlibat dalam sesi ruang kolaborasi dan berdiskusi dengan kelompok telah memperkaya pemahaman saya, dan saya merasa lebih siap untuk menghadapi tantangan dalam mengelola keragaman di kelas.

Finding (Pembelajaran)

Dalam modul ini, saya belajar bahwa Pembelajaran Berdiferensiasi adalah upaya guru untuk menyesuaikan proses pembelajaran agar sesuai dengan kebutuhan belajar individu murid. Kunci utama dalam pembelajaran berdiferensiasi adalah merespon kebutuhan belajar murid dengan cermat. Penting untuk memiliki tujuan pembelajaran yang jelas, merencanakan respons terhadap kebutuhan belajar murid, menciptakan lingkungan belajar yang mengundang, mengelola kelas dengan efektif, dan melakukan penilaian berkelanjutan.

Saya juga memahami bahwa kebutuhan belajar murid dapat dikategorikan dalam tiga aspek: kesiapan belajar, minat, dan profil belajar. Kesiapan belajar adalah kapasitas murid untuk mempelajari materi baru, minat adalah faktor psikologis yang memengaruhi motivasi belajar, dan profil belajar adalah cara unik murid dalam memproses informasi.

Dalam konteks pembelajaran berdiferensiasi, saya menemukan tiga strategi utama: diferensiasi konten (mengubah materi pembelajaran), diferensiasi proses (mengubah cara pembelajaran disampaikan), dan diferensiasi produk (mengubah tugas atau penilaian). Saya merasa sangat tertarik untuk mengimplementasikan strategi ini dalam kelas saya.

Future (Penerapan)

Setelah menyelesaikan modul ini, saya berencana untuk melakukan asesmen formatif awal untuk mengidentifikasi kebutuhan belajar individu murid. Saya juga akan merencanakan dan mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi dalam mata pelajaran yang saya ajarkan. Saya berharap dapat berkolaborasi lebih intensif dengan rekan guru, terutama mereka yang memiliki pengalaman dalam pembelajaran berdiferensiasi.

Selanjutnya, saya akan berusaha untuk membagikan praktik baik saya dengan rekan-rekan sejawat agar keberpihakan pada murid dan pembelajaran berdiferensiasi dapat menjadi budaya di sekolah kami. Saya yakin bahwa pengembangan diri ini akan membantu saya menjadi guru yang lebih efektif dan responsif terhadap kebutuhan belajar murid.

Demikian refleksi dwi mingguan saya tentang Modul 2.1 mengenai Pembelajaran Berdiferensiasi. Melalui perjalanan ini, saya berharap dapat terus tumbuh dan memberikan dampak positif pada pembelajaran di sekolah. Terima kasih dan semoga bermanfaat.

 

Salam Guru Penggerak!

Tergerak, Bergerak, Menggerakkan

Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 1.4

Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 1.4

Budaya Positif

Oleh :
Achmad Falichul Hidayat, S.Kom
SMP Negeri 2 Lamongan
CGP Angkatan 9 Kab. Lamongan, Jawa Timur

Dalam kesempatan ini, saya akan menyampaikan jurnal refleksi dwi mingguan saya pada Modul 1.4 tentang Budaya Positif. Jurnal refleksi ini menjadi komitmen rutin setiap selesai menyelesaikan materi pada setiap modul, dan merupakan tugas wajib bagi semua Calon Guru Penggerak. Saya akan memaparkan refleksi menggunakan model 4F, yaitu: 1. Facts (Peristiwa), 2. Feelings (Perasaan), 3. Findings (Pembelajaran), 4. Future (Penerapan).

Berikut ini hasil refleksi saya selama mengikuti Pendidikan guru penggerak Angkatan 9 selama dua minggu ini:

Fact (Peristiwa)

Dalam dwi mingguan keempat, dari tanggal 29 September hingga 19 Oktober 2023, seluruh Calon Guru Penggerak Angkatan 9 mempelajari Modul 1.4 dan mengikuti serangkaian kegiatan pelatihan di LMS (Learning Management System) sesuai jadwal yang telah ditentukan, dipandu oleh Pengajar Praktik, Fasilitator, dan Instruktur. Pelatihan ini mengikuti alur MERDEKA, yaitu Mulai dari Diri, Eksplorasi Konsep, Ruang Kolaborasi, Demonstrasi Kontekstual, Elaborasi Pemahaman, Koneksi Antar Materi, dan Aksi Nyata. Juga, Pendampingan Individu (PI) dilaksanakan sebulan sekali pada tanggal 9-13 Oktober 2023.

Kegiatan dimulai dengan Mulai dari Diri dan Eksplorasi Konsep dengan moda Mandiri pada tanggal 29 September 2023.

Eksplorasi Konsep dilanjutkan pada tanggal 2-5 Oktober 2023 melalui Forum Diskusi. Dalam eksplorasi konsep ini, banyak konsep diperoleh, termasuk disiplin positif, teori kontrol, teori motivasi, hukuman dan penghargaan, posisi kontrol guru, kebutuhan dasar manusia, keyakinan kelas, dan segitiga restitusi.

Video Conference di alur Ruang Kolaborasi sesi 1 dilaksanakan pada hari jumat, tanggal 6 Oktober 2023, pukul 18.00 s.d 20.45 WIB. Kelas dibagi menjadi 3 kelompok sesuai jumlah kasus yang akan dianalisis dalam diskusi. Saya termasuk kelompok 2 bersama rekan Calon Guru Penggerak (CGP) lainnya, yaitu Pak Ubaid, Ibu Umi, dan Ibu Iza. Kelompok ini berdiskusi untuk menganalisis kasus penerapan disiplin positif, yang kemudian dipresentasikan pada Video Conference alur Ruang Kolaborasi sesi 2 pada hari senin, tanggal 9 oktober 2023, pukul 15.00 s.d 17.45 WIB.

Demonstrasi Kontekstual dilaksanakan pada tanggal 10 dan 11 Oktober 2023. Dalam kegiatan ini, CGP berlatih menerapkan segitiga restitusi dengan mengambil dua kasus pembelajaran di sekolah. Tantangan muncul karena CGP diminta untuk mempraktikkan langsung dengan peserta didik sambil direkam untuk diunggah di LMS. Setelah itu, kami melanjutkan untuk membuat aksi nyata yang akan diunggah ke LMS.

Pada hari kamis, tanggal 12 Oktober 2023, pukul 15.30 s.d 17.00 WIB, saya mengikuti sesi elaborasi pemahaman melalui Video Conference (vcon) bersama Instruktur, Bapak bambang Siswanto (201510283072@guruku.id). Dalam sesi ini, beliau memberikan penguatan terkait modul 1.4 budaya positif. Selanjutnya, kami diminta untuk membuat koneksi antara materi sebelumnya dengan materi saat ini, membuat kesimpulan, dan menjawab pertanyaan panduan dalam materi koneksi materi. Setelah itu, kami diwajibkan membuat tabel rancangan aksi nyata.

Pada tanggal 17 oktober, saya mengikuti post tes paket modul 1, di mana saya diberikan waktu satu jam untuk menjawab 20 soal pilihan ganda terkait materi tersebut.

Feeling (Perasaan)

Setelah mempelajari Modul 1.4, perasaan saya menjadi sangat senang dan semakin antusias untuk menerapkan materi yang telah dipelajari. Saat saya mulai menerapkan pembuatan keyakinan kelas, saya menemukan pengalaman yang berbeda dan menarik. Dalam proses ini, murid dengan kesadarannya mengungkapkan nilai-nilai kebajikan dan disiplin positif yang akan diyakininya.

Saat melakukan kegiatan pembuatan keyakinan kelas, perasaan saya menjadi sangat senang karena ternyata murid juga antusias dan aktif dalam melaksanakannya. Saya merasa bahagia melihat partisipasi mereka dalam proses ini. Selain itu, ketika saya terlibat dalam praktik segitiga restitusi untuk memperbaiki kesalahan murid, saya merasakan kepuasan tersendiri. Saat melakukan restitusi, saya sangat menghargai ketulusan murid yang bersedia terbuka mengenai permasalahan yang dihadapi dan bagaimana mereka berkomitmen untuk memperbaikinya.

Pentingnya penghargaan dan ketulusan dalam proses restitusi membuat saya merasa senang dan termotivasi untuk terus melibatkan murid dalam pengambilan tanggung jawab atas tindakan mereka. Selain itu, ketika murid melanggar peraturan dan harus menerima konsekuensi sesuai dengan yang disepakati sebelumnya, saya merasa bahwa hal ini merupakan bagian penting dari proses pembelajaran yang bertanggung jawab dan adil. Perasaan ini semakin memperkuat tekad saya untuk memberikan dampak positif dalam pembelajaran dan perkembangan murid.

Finding (Pembelajaran)

Pembelajaran bermakna yang saya peroleh setelah mempelajari Modul 1.4 tentang budaya positif adalah bahwa sebagai calon guru penggerak, penting untuk menempatkan diri dalam posisi kontrol yang tepat dalam menerapkan budaya positif di sekolah. Posisi kontrol tersebut dapat diibaratkan sebagai manajer, di mana segitiga restitusi menjadi solusi yang efektif ketika ada murid yang melanggar keyakinan kelas.

Penerapan segitiga restitusi sebagai bentuk penyelesaian konflik memberikan dampak positif. Restitusi menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahan mereka dan kembali ke kelompok mereka dengan karakter yang lebih kuat (Gossen; 2004). Hal ini memastikan bahwa proses penyelesaian masalah berjalan dengan damai, sambil memperkuat karakter murid. Dengan demikian, mereka tidak hanya menyelesaikan konflik, tetapi juga berkembang menjadi individu yang lebih baik.

Penerapan segitiga restitusi dalam menanggapi pelanggaran keyakinan kelas bukan hanya sebagai tindakan disipliner, tetapi juga sebagai kesempatan untuk mendidik dan memperkuat karakter murid. Pendekatan ini memberikan kontribusi positif terhadap pembentukan identitas dan perkembangan murid, sehingga mereka dapat kembali ke kelompoknya dengan karakter yang lebih kuat dan lebih baik.

Future (Penerapan)

Saya akan berusaha mewujudkan budaya positif dengan mengimplementasikan konsep-konsep terkait, seperti disiplin positif, teori kontrol, teori motivasi, hukuman dan penghargaan, posisi kontrol guru, kebutuhan dasar manusia, keyakinan kelas, dan segitiga restitusi. Dengan menerapkan prinsip-prinsip ini, diharapkan bahwa ke depannya saya dapat membangun kerjasama dan kolaborasi yang lebih baik dengan seluruh warga sekolah dan pihak terkait.

Demikian refleksi dwi mingguan saya tentang Modul 1.4 mengenai Budaya Positif. Secara keseluruhan, Modul 1.4 ini mempelajari tentang pentingnya posisi kontrol dan segitiga restitusi menjadi landasan untuk membentuk karakter murid dengan damai dan memperkuat identitas mereka. Saya berharap dapat mengimplementasikan dengan maksimal dari apa yang sudah saya pelajari di modul 1.4 ini. Terima kasih dan semoga bermanfaat.

 

Salam Guru Penggerak!

Tergerak, Bergerak, Menggerakkan

Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 1.3

Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 1.3

Visi Guru PenggeraK

Oleh :
Achmad Falichul Hidayat, S.Kom
SMP Negeri 2 Lamongan
CGP Angkatan 9 Kab. Lamongan, Jawa Timur

Dalam kesempatan ini, saya ingin menyampaikan refleksi dwi mingguan terkait Modul 1.3 tentang visi guru penggerak. Jurnal ini menjadi sarana bagi saya untuk merenung setelah mengikuti kegiatan pendidikan, dan saya berkomitmen untuk secara rutin menulisnya setiap dua minggu.

Pertama-tama, saya ingin berbicara tentang peristiwa-peristiwa yang saya alami selama kegiatan pembelajaran pada Modul 1.3. Saya berhasil menyelesaikan semua materi yang disajikan dan merasa telah memperoleh banyak pengetahuan baru. Peristiwa tersebut menjadi landasan utama dalam tulisan refleksi ini.

Selanjutnya, mari kita bahas perasaan saya selama kegiatan tersebut. Saya merasa antusias dan termotivasi untuk terus belajar. Pemahaman tentang visi guru penggerak membawa dampak positif pada semangat dan dedikasi saya sebagai calon guru penggerak.

Berbicara tentang pembelajaran, saya menggunakan pendekatan model 4F, yaitu Fact (peristiwa), Feeling (perasaan), Findings (pembelajaran), dan Future (penerapan). Sebagai fakta, saya mengenali bahwa visi guru penggerak bukan hanya sebatas konsep, tetapi juga menjadi landasan bagi transformasi pendidikan. Perasaan antusias tersebut juga tercermin dalam pembelajaran saya, di mana saya merasa semakin siap untuk menjadi agen perubahan di dunia pendidikan.

Dari segi pembelajaran, saya menemukan bahwa visi guru penggerak membuka ruang untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Saya memahami pentingnya memiliki visi yang jelas dan kemampuan untuk menginspirasi orang lain. Ini menjadi temuan berharga yang akan saya terapkan dalam perjalanan karier pendidikan saya.

Ketika berpikir ke depan, saya merencanakan untuk menerapkan visi guru penggerak ini dalam tindakan sehari-hari saya sebagai calon guru. Saya ingin menjadi pemimpin yang dapat memotivasi dan membimbing siswa serta rekan kerja menuju perubahan positif dalam dunia pendidikan.

Berikut ini hasil refleksi saya selama mengikuti Pendidikan guru penggerak Angkatan 9 selama dua minggu ini:

Fact (Peristiwa)

Pada minggu ketiga bulan september 2023, tepatnya pada hari senin, 18 september 2023, saya memulai proses pembelajaran materi "Mulai dari Diri" dan "Eksplorasi Konsep" secara mandiri, sesuai dengan arahan dari Ibu Ninik Widayanti sebagai fasilitator. Modul 1.3 memiliki serangkaian tahapan kegiatan yang telah saya lalui, yakni Mulai dari Diri, Eksplorasi Konsep, Ruang Kolaborasi, Demonstrasi Kontekstual, Elaborasi Pemahaman, Koneksi Antar Materi, dan Aksi Nyata.

Pada tahap Mulai dari Diri, saya merumuskan visi sebagai seorang guru penggerak yang sesuai dengan profil pelajar Pancasila. Saya menyadari pentingnya memiliki visi yang berpihak pada murid sebagai dasar segala inisiatif perubahan dalam pendidikan. Visi dianggap sebagai harapan besar yang diinginkan di masa depan, dan sebagai guru, saya harus mampu menyusun visi yang melampaui zamannya.

Dalam tahap Eksplorasi Konsep, saya memahami betapa krusialnya visi yang mendukung murid sebagai landasan bagi inisiatif perubahan dalam dunia pendidikan. Saya menyadari bahwa guru bukan hanya mentransfer ilmu pengetahuan, tetapi juga bertanggung jawab atas kesuksesan murid dalam melangkah ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Untuk mewujudkan visi tersebut dan menjalankan proses perubahan, saya diperkenalkan pada pendekatan atau paradigma yang disebut Inkuiri Apresiatif (IA). IA merupakan pendekatan manajemen perubahan yang kolaboratif dan berbasis kekuatan, menggunakan prinsip utama psikologi positif dan pendidikan positif. Pendekatan IA diterapkan melalui tahapan BAGJA: Buat pertanyaan, Ambil pelajaran, Gali mimpi, Jabarkan rencana, dan Atur eksekusi.

Pada hari rabu tanggal 20 September 2023, diadakan forum diskusi melalui Ruang Kolaborasi LMS pada pukul 15.00 s.d 18.00. Dalam forum ini, kami saling berdiskusi, menyampaikan pendapat, dan memberikan komentar terhadap pendapat teman-teman lain. Kami diminta untuk membuat prakarsa perubahan dan merumuskan tahapan BAGJA sesuai dengan prakarsa perubahan kelompok.

Hasil diskusi kelompok dipresentasikan secara bergantian pada hari kamis tanggal 21 september 2023 pukul 15.00 s.d 18.00 WIB sesuai dengan tugas masing-masing dan didampingi oleh Fasilitator Ibu Ninik Widayanti. Diskusi berjalan dengan sangat antusias dan produktif, dengan adanya pertukaran pendapat yang memperkaya pemahaman kami tentang alur BAGJA. Masukan dari kelompok lain membuat ide sederhana kami menjadi kuat dan inspiratif sebagai inovasi prakarsa perubahan BAGJA.

Pada tanggal 22 September 2023, kami mempelajari materi Demonstrasi Kontekstual dan ditugaskan untuk membuat tugas yang harus diunggah ke dalam LMS untuk meningkatkan pemahaman tentang materi yang telah dipelajari. Saya memilih menggunakan format PDF untuk tugas demonstrasi kontekstual ini.

Pada tanggal 26 September 2023, kami mengikuti sesi virtual dengan Instruktur Bapak Munajat (201511579412@guruku.id), dalam tahap Elaborasi Pemahaman sebagai penguatan untuk Modul 1.3. Dalam sesi ini, kami belajar menentukan kalimat visi yang sesuai dengan profil pelajar Pancasila, menentukan prakarsa perubahan yang menantang, bermakna kontekstual, dan relevan. Kami memahami bahwa prakarsa perubahan merupakan bagian integral dari visi yang ingin dicapai. Kami juga membuat tahapan BAGJA untuk rencana perubahan di tempat kerja, dengan menggunakan paradigma dan pendekatan Inkuiri Apresiatif, serta berkomitmen menjalankan semua rencana perubahan tersebut di sekolah.

Feeling (Perasaan)

Selama mempelajari Modul 1.3 tentang visi Guru Penggerak, perasaan saya terutama mencakup rasa senang dan semakin termotivasi untuk mendalami peran pendidikan guru penggerak. Kesemangan ini melahirkan kebersemangan dan keyakinan dalam menerapkan visi yang telah saya susun. Saya merasa bersemangat untuk mengimplementasikan rencana perubahan yang telah dirancang dengan teliti. Rasa semangat dan motivasi ini menjadi pendorong untuk menciptakan budaya positif dalam menjalankan prakarsa perubahan, sehingga visi yang saya miliki dapat terwujud.

Saya aktif mengelola waktu dengan sebaik-baiknya tanpa mengabaikan kegiatan lain, baik di lingkungan sekolah, di rumah, maupun dalam masyarakat. Hal ini sebagai bentuk tanggung jawab saya dalam menerapkan konsep yang saya pelajari dari Modul 1.3. Aksi nyata mulai saya lakukan dalam konteks kelas dan lingkungan sekolah sebagai langkah konkret untuk mewujudkan visi guru penggerak yang saya miliki.

Finding (Pembelajaran)

Setelah menjalani pembelajaran Modul 1.3, saya berhasil menarik beberapa temuan berharga terkait kepemimpinan perubahan positif. Saya menyadari bahwa dalam memimpin perubahan, strategi yang terencana dan pemahaman terhadap inkuiri apresiatif sebagai paradigma sangatlah penting. Tahapan BAGJA, yang merupakan singkatan dari Buat pertanyaan utama, Ambil pelajaran, Gali mimpi, Jabarkan rencana, dan Atur eksekusi, merupakan model manajemen perubahan yang diadopsi dari model 5D (Define, Discover, Dream, Design, Deliver) dalam kerangka inkuiri apresiati.

Saya memahami bahwa menyusun BAGJA bisa dilakukan dengan pendekatan Amati, Tiru, dan Modifikasi. Proses ini memungkinkan kita untuk belajar dari keberhasilan orang lain, dan kemudian mengadaptasi konsep tersebut ke dalam konteks perubahan yang kita inginkan. Selain itu, saya menyadari bahwa melakukan perubahan positif tidak selalu dimulai dengan mengidentifikasi masalah, tetapi lebih kepada fokus pada kekuatan yang telah ada, sehingga pemikiran kita dapat dialihkan kepada hal-hal yang positif.

Pentingnya merumuskan visi sebagai guru penggerak juga menjadi salah satu pembelajaran signifikan dari modul ini. Merumuskan visi tidak hanya tentang memiliki gambaran masa depan, tetapi juga berkaitan dengan kemampuan untuk merumuskan prakarsa perubahan yang konkret. Tahapan BAGJA memberikan kerangka kerja yang sistematis untuk merencanakan dan mengimplementasikan perubahan.

Dengan memahami konsep-konsep tersebut, saya merasa lebih siap dan terlatih untuk menjalankan peran sebagai guru penggerak, yang mampu memimpin perubahan positif dalam dunia pendidikan.

Future (Penerapan)

Setelah menyelesaikan modul 1.3 tentang visi guru penggerak, saya berkomitmen untuk menerapkan dan mewujudkan visi pribadi, yaitu "Menciptakan sekolah yang berpihak pada siswa untuk membentuk insan berkarakter dan memiliki kemampuan abad 21 sesuai dengan profil Pelajar Pancasila." Sebagai langkah konkret, saya akan menerapkan prakarsa perubahan yang telah saya rumuskan, yaitu "Pembentukan karakter peserta didik."

Rencana perubahan ini telah saya susun sesuai dengan tahapan BAGJA, dengan merinci pertanyaan-pertanyaan yang relevan dalam setiap langkahnya. Selanjutnya, saya akan fokus pada pembelajaran yang berpihak pada murid dan menciptakan lingkungan pembelajaran yang nyaman. Rencana ini juga melibatkan inovasi terus-menerus dalam mengembangkan ide-ide baru dalam proses pembelajaran.

Penting untuk mencapai visi dan prakarsa perubahan, oleh karena itu, saya akan aktif berkolaborasi dengan rekan sejawat dan pihak sekolah. Kerjasama ini akan membantu dalam mengimplementasikan rencana perubahan secara lebih efektif dan menyeluruh. Saya juga berencana melaksanakan refleksi pembelajaran secara rutin bersama siswa dan rekan sejawat untuk mendapatkan masukan dan evaluasi yang konstruktif.

Sebagai seorang guru penggerak, saya berkomitmen untuk menjadi teladan di sekolah, mendukung perkembangan karakter siswa, dan selalu berpihak pada kepentingan murid. Melalui upaya bersama dengan seluruh pihak terkait, saya optimis dapat mewujudkan visi dan prakarsa perubahan sebagai kontribusi positif dalam dunia pendidikan.

Demikian refleksi dwi mingguan saya tentang Modul 1.3 mengenai Visi Guru Penggerak. Secara keseluruhan, Modul 1.3 telah memberikan saya wawasan yang berharga dan memotivasi untuk terus berkembang sebagai seorang guru penggerak. Refleksi ini menjadi tonggak penting dalam perjalanan pendidikan saya, dan saya berharap dapat terus mengembangkan diri melalui pembelajaran yang inspiratif ini. Terima kasih dan semoga bermanfaat.

 

Salam Guru Penggerak!

Tergerak, Bergerak, Menggerakkan

Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 1.2

Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 1.2

Nilai dan Peran Guru PenggeraK
Oleh :
Achmad Falichul Hidayat, S.Kom
SMP Negeri 2 Lamongan
CGP Angkatan 9 Kab. Lamongan, Jawa Timur

Pada kesempatan ini, saya akan berbagi pengalaman selama proses mempelajari Modul 1.2 tentang Nilai dan Peran Guru Penggerak. Tulisan/jurnal pengalaman ini merupakan refleksi diri setelah saya mengikuti kegiatan Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 9 yang ditulis secara rutin setiap dua mingguan. Dalam menulis jurnal refleksi ini, saya menggunakan model 1 yang diprakarsai oleh Dr. Roger Greenaway, yaitu model 4F (Facts, Feelings, Findings, Future) yang dapat diterjemahkan menjadi 4P (Peristiwa, Perasaan, Pembelajaran, dan Penerapan). Berikut adalah jurnal refleksi dwimingguan Modul 1.2. Nilai dan Peran Guru Penggerak.

1. Facts (Peristiwa)

Peristiwa: Ini adalah serangkaian kejadian/kegiatan yang terjadi selama dua minggu dalam mempelajari Modul 1.2. Pada tanggal 1 September 2023, saya mulai mempelajari modul 1.2 tentang Nilai dan Peran Guru Penggerak. Saya mengikuti alur M-E-R-D-E-K-A, yaitu:

  • Mulai dari Diri: Saya memulai mempelajari modul 1.2 dengan membuka tautan "Mulai dari Diri." Konsep ini bertujuan untuk memahami konsep diri sendiri. Dengan mengenal diri dan memahaminya, kita dapat merespons suatu hal dengan lebih baik, bukan sekadar terpengaruh oleh situasi atau emosi. Saya mendapat tugas untuk membuat trapesium usia dan menjelaskan isi dari trapesium usia tersebut. Selain itu, saya juga memaparkan peran saya sebagai guru penggerak. Dalam kegiatan ini, saya diberikan tugas untuk menggambarkan diri saya sebagai guru penggerak di masa depan. Tugas ini mencakup peran saya sebagai guru penggerak di sekolah.
  • Eksplorasi Konsep : Pada tanggal 4 September 2023, saya memulai pembelajaran pada bagian eksplorasi konsep, fokus pada topik utama yaitu Nilai Kemanusiaan: Kebajikan Universal. Materi ini terdiri dari tiga subtopik, yakni: 1) Bagaimana Manusia Tergerak, 2) Bagaimana Manusia Merdeka Bergerak, dan 3) Bagaimana Menggerakkan Manusia: Menuntun Kekuatan Kodrat Manusia. Selanjutnya, kegiatan dilanjutkan dengan forum diskusi mengenai nilai dan penerapan peran Guru Penggerak di sekolah. Dalam forum diskusi, peserta diharapkan dapat memaparkan ide dan konsep pemahaman serta merespons ide peserta CGP lainnya.
  • Ruang Kolaborasi : Ruang kolaborasi dibagi menjadi dua sesi. Sesi pertama adalah diskusi dengan anggota kelompok, dan sesi kedua adalah presentasi hasil diskusi kelompok. Ruang Kolaborasi dipandu dan difasilitasi oleh Ibu Ninik Widayanti, S.Pd., M.Pd selaku Fasilitator. Kegiatan ruang kolaborasi sesi pertama ini dilaksanakan secara daring melalui Gmeet pada Hari Rabu tanggal 6 September 2023 pukul 15.30 - 17.45 WIB. Sementara itu, presentasi hasil diskusi pada ruang kolaborasi dua dilaksanakan pada hari Kamis, 7 September 2023 pukul 18.00 - 20.15 WIB.
  • Demonstrasi Kontekstual : Pada kegiatan ini, saya mendapatkan tugas untuk menggambarkan diri saya sebagai guru penggerak di masa depan. Dalam tugas ini memaparkan peranan sebagai guru penggerak yang dilaksanakan disekolah. 
  • Elaborasi Pemahaman : Saya melakukan elaborasi pemahaman dengan instruktur melalui Gmeet pada hari Selasa, 12 September 2023, pukul 13.00 - 14.30 WIB. Instruktur yang memandu kegiatan elaborasi adalah Bapak Suhada (201512408628@guruku.id). Berikut kegiatan ruang elaborasi pemahaman. Terkait kegiatan ini, saya juga mendapatkan tugas untuk menggambarkan diri saya sebagai guru penggerak di masa depan, memaparkan peranan guru penggerak yang akan dilaksanakan di sekolah.
  • Koneksi Antar Materi : Dalam kegiatan ini, saya mengaitkan antarmateri dari modul 1.1 dan modul 1.2. Tugas dalam bagian ini adalah membuat refleksi dengan model 4P. 
  • Pendampingan Individu 1 : Selain mengikuti alur M-E-R-D-E-K-A, pada hari Kamis, 14 September 2023, saya juga mengikuti Pendampingan Individu (PI) bersama pengajar praktik kelompok saya, yaitu Ibu Tri Hendra Puji Astutik. Dalam PI, Ibu Tri menggali pemahaman saya tentang materi di LMS, harapan/kekhawatiran menjadi guru penggerak, aksi nyata, dan portofolio digital. Ibu Tri juga memberikan motivasi untuk tetap sukses dalam kegiatan Pendidikan Guru Penggerak ini.

2. Perasaan (Feelings)

Setelah mempelajari modul 1.2 dan mengikuti serangkaian kegiatan, baik secara mandiri maupun virtual, saya merasa bersemangat dan termotivasi untuk melanjutkan kegiatan ini. Pemahaman saya tentang nilai dan peran guru penggerak membuat saya menyadari pentingnya peran ini dalam mewujudkan perubahan pendidikan di Indonesia. Saya merasa tertantang untuk mengerjakan tugas-tugas ini di sela-sela waktu pekerjaan saya sebagai guru.

Kegiatan kolaborasi, elaborasi, pendampingan, dan lokakarya memberikan pengalaman yang menyenangkan, memungkinkan saya berkomunikasi dan berdiskusi dengan calon guru penggerak lainnya. Berkolaborasi dengan CGP lain memberikan pencerahan dalam berbagi pengalaman dan praktik di sekolah masing-masing. Harapan saya adalah dapat mengimplementasikan konsep-konsep dalam Pendidikan Guru Penggerak ini.

3. Pembelajaran (Findings)

Materi pada Modul 1.2 menarik, membahas perilaku individu yang dipengaruhi oleh pola pikir dan motivasi. Materi tentang cara kerja otak manusia memberikan pencerahan tentang komunikasi yang sesuai dengan karakter individu. Saya belajar tentang 5 kebutuhan dasar manusia, nilai dan peran guru penggerak. Modul ini memberikan motivasi dan pencerahan untuk pengembangan diri sebagai guru penggerak di masa depan.

4. Penerapan (Future)

Setelah memahami nilai dan peran guru penggerak di Modul 1.2, saya termotivasi untuk menerapkannya. Rencana penerapan ini melibatkan merancang pembelajaran berpihak pada murid, mengikuti seminar untuk pengembangan diri, refleksi diri, kolaborasi dengan rekan dan pemangku kebijakan, serta inovasi dalam pembelajaran. Saya berharap dapat mengimplementasikan nilai dan peran guru penggerak ini untuk mendukung perubahan positif dalam pendidikan.

Demikian refleksi dwi mingguan saya tentang Modul 1.2 mengenai Nilai dan Peran Guru Penggerak. Terima kasih dan semoga bermanfaat.


Salam Guru Penggerak!
Tergerak, Bergerak, Menggerakkan


Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 1.1

Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 1.1

Pemikiran Filosofis Ki Hadjar Dewantara
Oleh :
Achmad Falichul Hidayat, S.Kom
SMP Negeri 2 Lamongan
CGP Angkatan 9 Kab. Lamongan, Jawa Timur

Jurnal Refleksi Dwi mingguan menjadi salah satu tugas rutin Pendidikan Calon Guru Penggerak yang harus ditulis setiap dua minggu sekali. Jurnal ini mencerminkan hasil dari proses belajar yang saya alami, temukan, dan terapkan untuk mendukung peran saya sebagai seorang pendidik. Jurnal refleksi ini dianggap sebagai elemen kunci dalam pengembangan profesionalisme, karena dapat mendorong guru untuk menghubungkan teori dengan praktik, serta mengembangkan keterampilan dalam mengevaluasi suatu topik secara kritis.

Jurnal ini dibuat untuk melengkapi salah satu tugas Calon Guru Penggerak. Sebagai Calon Guru Penggerak, kami akan merefleksikan seluruh rangkaian kegiatan selama mempelajari modul 1.1, yaitu tentang Filosofis Pemikiran Ki Hadjar Dewantara tentang Pendidikan.

Penulisan jurnal ini menggunakan model refleksi yang dikembangkan oleh Dr. Roger Greenaway, yang mencakup: 1). Fact, 2). Feeling, 3). Findings, dan 4). Future (4F). Yang diterjemahkan menjadi 4P (1. Peristiwa, 2. Perasaan, 3. Pembelajaran, dan 4. Penerapan). Berikut ini hasil refleksi saya selama mengikuti Pendidikan guru penggerak Angkatan 9 selama dua minggu ini:

Fact (Peristiwa)

Kegiatan Pendidikan Guru Penggerak (PGP) Angkatan 9 resmi dimulai pada hari Rabu, tanggal 16 Agustus 2023, pukul 11.00 s.d 12.00 WIB melalui empat moda yaitu PGP Reguler, PGP Rekognisi, PGP Dasus, dan PGP Intensif. Acara dibuka oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Nadiem Makarim, B.A., M.B.A, serta Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan melalui Zoom, dihadiri oleh seluruh peserta CGP Angkatan 9 se-Indonesia yang berjumlah 32.203 peserta. Sesi kedua kegiatan dilanjutkan oleh Badan Guru Pembina Provinsi Jawa Timur (BGP Provinsi Jawa Timur) melalui Zoom dan Live Streaming BBGP Jatim mulai pukul 12.00 s.d 16.30 WIB dengan agenda Orientasi Pelaksanaan PGP Angkatan 9. Dalam kegiatan ini, para peserta CGP diberi arahan mengenai rangkaian pelaksanaan kegiatan, termasuk jadwal teknis dan strategi persiapan serta pelaksanaan tugas selama program CGP. Pendidikan Calon Guru Penggerak Angkatan 9 direncanakan berlangsung selama enam bulan, mulai dari tanggal 16 Agustus 2023, hingga 28 April 2023. Proses pembelajaran dimulai pada tanggal 21 Agustus 2023, dengan agenda pengenalan Learning Management System (LMS). Peserta CGP Angkatan 9 diajak untuk mempelajari konten Modul 1.1, yang nantinya akan diikuti oleh forum diskusi bersama fasilitator dalam Ruang Kolaborasi, bersama teman-teman CGP yang tergabung dalam beberapa kelompok.

Pada tanggal 16-18 Agustus 2023, peserta CGP Angkatan 9 melaksanakan pretes Modul 1. Mempelajari Modul 1.1 tentang "Mulai Dari Diri dan Eksplorasi Konsep" dilaksanakan pada tanggal 21 Agustus 2023. Konsep Forum Diskusi dipimpin dan dipandu oleh Fasilitator, Ibu Ninik Widayanti dari Lumajang yang merupakan fasilitator angkatan XV. Dari kegiatan "Mulai dari Diri dan Eksplorasi Konsep," kami memahami pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang Pendidikan dan Pengajaran. Selama diskusi virtual, kami juga berpartisipasi dalam forum diskusi dengan fasilitator pada Modul 1.1a.4.1, eksplorasi konsep yang dilaksanakan melalui Google Meet pada tanggal 22 Agustus 2023.

Kami juga mengikuti ruang kolaborasi dengan fasilitator, Ibu Ninik Widayanti. Saat mengikuti kegiatan ruang kolaborasi kelompok, CGP berdiskusi secara virtual tentang budaya daerah yang mencakup konsep-konsep pemikiran Ki Hajar Dewantara. Fasilitator membuka Forum Diskusi dengan menegaskan tujuan pembelajaran, yaitu agar CGP mampu memberikan refleksi kritis tentang pemikiran Ki Hajar Dewantara dalam forum diskusi. Di sana, kami berbagi pengalaman dan berdiskusi dengan teman-teman mengenai filosofi Ki Hajar Dewantara dan penerapannya di sekolah.

Selanjutnya, kami diminta untuk membuat karya berupa Demonstrasi Kontekstual pada tanggal 28 Agustus 2023. Materi Elaborasi Pemahaman dilaksanakan pada tanggal 29 Agustus 2023 pukul 15.30 s.d 17.00 WIB dengan dipandu instruktur Ibu Amelia Safitri (amelia.safitri@cikal.co.id). Dalam kegiatan elaborasi konsep, CGP mendapatkan pemahaman mendalam tentang Konsep Dasar Pemikiran Ki Hajar Dewantara dan relevansinya dengan pendidikan Abad 21. Selain itu, CGP diminta untuk membuat pertanyaan di LMS, yang akan dibaca oleh instruktur dan dibahas dalam Google Meet. Dalam kegiatan tersebut, para CGP juga diminta untuk menilai kinerja instruktur.

Feeling (Perasaan)

Selama dua minggu awal sebagai peserta Calon Guru Penggerak (CGP), perasaan yang saya alami sangat khas. Awalnya, ada perasaan khawatir dan cemas yang muncul, terutama terkait dengan ketidakpastian apakah kami akan mampu mengikuti program ini dengan baik dan menyelesaikannya, mengingat Program Pendidikan Guru Penggerak (PGP) ini memerlukan komitmen waktu yang sangat lama. Sebagai seorang pendidik, kekhawatiran dan kecemasan kami lebih dipicu oleh pertanyaan apakah kami bisa efektif membagi waktu antara PGP dengan tugas mengajar di kelas. Namun, seiring berjalannya waktu dan melalui dukungan dari teman-teman CGP Angkatan 9 serta setiap pertemuan yang kami ikuti, perasaan ini mulai teratasi. Akhirnya, muncul tekad kuat dari kami untuk mengikuti dan menyelesaikan Program CGP ini dengan baik.

Kekhawatiran awal menjadi tantangan yang kami terima untuk diatasi, dan kami mulai mencari solusi untuk mengatasi hal tersebut. Dari pengalaman ini, kami belajar untuk meningkatkan kemampuan manajemen waktu dan fokus pada program yang kami jalani. Setelah mengikuti berbagai materi, kami merasa senang karena pemahaman kami tentang pendidikan semakin berkembang, terutama melalui penerapan Filosofi dan pemikiran Ki Hajar Dewantara dalam konteks pembelajaran.

Selain itu, kami mulai mengubah gaya belajar kami. Awalnya, pendekatan kami lebih bersifat konvensional dengan pembelajaran yang berpusat pada guru. Namun, seiring dengan pemahaman yang mendalam tentang filosofi Ki Hajar Dewantara, pendekatan kami beralih menjadi pembelajaran berpusat pada siswa. Kami mulai lebih berorientasi pada anak-anak dengan memberikan lebih banyak perhatian dan kasih sayang terhadap murid. Kami tidak lagi melihat murid sebagai anak nakal, anak ramai, atau anak yang sulit diatur, melainkan sebagai individu yang memerlukan pendekatan yang berbeda. Melalui serangkaian kegiatan dalam Learning Management System (LMS), kami menyadari bahwa konsep dasar pemikiran filosofis Ki Hajar Dewantara memiliki perbedaan signifikan dengan pemahaman kami sebelumnya tentang pendidikan dan pengajaran.

Semua ini membuka mata kami, dan kami merasa bangga karena mendapatkan pengetahuan baru dan mampu mengaplikasikannya dalam praktik pembelajaran di kelas. Dengan adanya perubahan sikap dan pendekatan, kami yakin bahwa kami dapat menjadi agen perubahan yang positif dalam dunia pendidikan.

Finding (Pembelajaran)

Dari pembelajaran Modul 1.1 tentang Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional Ki Hajar Dewantara, kami berusaha memahami dan mengimplementasikan secara maksimal pemikiran KHD. Pemahaman ini dianggap penting untuk kami sebagai pendidik, dengan tujuan meningkatkan kemampuan pribadi kami. Dengan memahami dasar-dasar pemikiran KHD, kami merasa memiliki persiapan baru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dan pendidikan.

Sebelum mempelajari pemikiran KHD, kami memiliki anggapan bahwa memberikan tindakan tegas kepada peserta didik dapat mengubah perilaku mereka menjadi lebih disiplin dan fokus selama kegiatan belajar. Namun, setelah mempelajari filosofi Pendidikan menurut KHD, kami menyadari bahwa peran kami sebagai pendidik seharusnya lebih seperti pemimpin pembelajaran, minimal untuk teman sejawat atau sekolah. Tujuan utamanya adalah memerdekakan anak-anak dalam mengembangkan kompetensi sesuai bakat dan minat yang dimiliki.

Kami menyadari bahwa pendidikan dan pembelajaran harus selaras dengan kehidupan masyarakat dan kehidupan bangsa agar semangat cinta tanah air senantiasa terpelihara. Pemikiran KHD tentang pendidikan dan pengajaran menekankan bahwa pendidikan adalah usaha persiapan dan persediaan segala kepentingan hidup manusia, baik dalam hidup bermasyarakat maupun hidup berbudaya. Artinya, pendidikan merupakan suatu usaha yang fokus pada proses pembentukan mental dan karakter suatu bangsa sesuai dengan lingkungannya.

Setelah mendalami pemikiran KHD dalam pendidikan, kami menyadari bahwa pembelajaran akan menjadi efektif ketika kami mampu memberikan bimbingan kepada peserta didik dengan kesabaran, ketulusan, dan mengutamakan kepentingan peserta didik. Pemahaman ini semakin terdalam setelah melalui diskusi dengan teman-teman CGP, fasilitator, dan instruktur dalam berbagai ruang kolaborasi. Hal ini membantu kami memahami peran kami sebagai pendidik, yaitu sebagai penuntun yang sesuai dengan kodrat alam anak-anak. Dalam pemikiran KHD, peserta didik diharapkan dapat hidup bahagia dan mandiri di masyarakat.

Future (Penerapan)

Setelah mempelajari Modul 1.1, kami berkomitmen untuk menerapkan konsep-konsep yang diperoleh dalam proses pembelajaran di kelas, dengan tujuan agar tujuan pembelajaran sesuai dengan kodrat alam dan lingkungannya. Kami akan mengganti pendekatan pembelajaran yang berpusat pada guru dengan yang berpusat pada murid, dengan harapan menciptakan kelas yang lebih interaktif dan menyenangkan. Anak-anak akan diberi kebebasan dan kesempatan untuk menggali potensi yang dimiliki mereka, sehingga dapat tumbuh menjadi manusia yang seutuhnya.

Kami menyadari bahwa saatnya mengubah paradigma dari memberikan terlalu banyak arahan kepada peserta didik menjadi menuntun peserta didik agar kodrat alam yang mereka miliki sejak lahir dapat berkembang ke arah yang lebih baik dan sesuai dengan perkembangan zamannya. Kami akan secara perlahan mengubah pandangan bahwa anak bukanlah seperti kertas putih yang kosong, melainkan tabula rasa yang sudah memiliki goresan awal, dan tugas pendidik adalah untuk memperkaya dan menebalkan goresan tersebut. Kami juga akan mengubah cara pandang terhadap penilaian, beralih dari orientasi pada nilai/grade menjadi orientasi pada nilai/value dan proses pembelajaran.

Sebagai langkah nyata, kami berencana untuk membuat kesepakatan kelas di awal pembelajaran dan melakukan kolaborasi yang intensif, sehingga dapat menghasilkan pembelajaran yang mandiri dan menyenangkan bagi peserta didik. Kami akan memperhatikan gaya belajar peserta didik untuk menerapkan pembelajaran berdiferensiasi, menggunakan berbagai macam media pembelajaran sesuai dengan kebutuhan masing-masing peserta didik. Tujuannya adalah menciptakan lingkungan pembelajaran yang inklusif dan mendukung perkembangan optimal setiap peserta didik. Dengan langkah-langkah ini, kami berharap dapat mewujudkan pendekatan pendidikan yang lebih sesuai dengan filosofi dan pemikiran Ki Hajar Dewantara.

Demikian refleksi dwi mingguan saya tentang Modul 1.1 mengenai Pemikiran Filosofis Ki Hajar Dewantara. Terima kasih dan semoga bermanfaat.


Salam Guru Penggerak!
Tergerak, Bergerak, Menggerakkan