Ketika mendengar kata pemanasan global apa yang ada di benak
kita? Pasti efek rumah kaca dan penyebabnya. Tapi apakah kita sadar bencana
alam yang terjadi beberapa dekade terakhir disebabkan oleh pemanasan global?
Pemanasan global memiliki dampak yang luar biasa. Badai dan cuaca ekstrim
terjadi di beberapa negara di belahan dunia, seperti topan Haiyan di Filipina
November 2013. Para ilmuwan menyimpulkan Topan Haiyan merupakan badai terkuat
yang pernah terjadi dan merupakan salah satu dampak dari pemanasan global
(Sasongko, 2013).
Bukan hanya itu, cuaca ekstrim juga melanda Australia dan
Amerika hingga suhu di Australia mencapai puncak yaitu 460C dan suhu dingin di
Amerika mencapai minus 500C. Pakar meteorologi mengatakan fenomena ini
merupakan bukti perubahan iklim(Utomo, 2014).
Salah satu penyebab pemanasan global ini adalah penebangan pohon
yang semakin marak. Pohon merupakan penyeimbang alam melalui proses
fotosintesis yang dapat mengurangi kejenuhan udara terhadap karbon dioksida.
Zat ini merupakan salah satu zat emisi yang memberikan efek rumah kaca yang
menyebabkan pemanasan global. Penebangan pohon ini dilakukan untuk industri
diantaranya industri kertas.
Kertas terbuat dari bubur pulp yang diproses dari pohon,
sehingga konsumsi kertas merupakan salah satu penyebab penggundulan hutan.
Konsumsi kertas Indonesia tahun 2005 sebesar 5,6 juta ton yang jika dihitung
dibutuhkan sekitar 22,4 juta meter kubik kayu untuk memproduksinya dan data ini
terus meningkat dari tahun ke tahun(Aeymanusia, 2012).
Namun seiring perkembangan jaman dan teknologi yang sangat pesat
melahirkan gaya hidup baru yaitu paperless.
Paperless adalah suatu usaha mengurangi pemakaian kertas
(Machsum, 2013). Koran kini tersedia secara elektronik yang dengan sangat mudah
diakses. Hadirnya e-book juga mengurangi konsumsi kertas selain lebih mudah dan
praktis. Surat menyurat juga telah beralih ke short messege service (SMS),
email atau melalui social media yang berkembang pesat beberapa tahun terakhir.
Di dunia bisnis, berkembang sistem online shop dimana transaksi
dilakukan secara online. Sedangkan di dunia perbankan juga dikembangkan sistem
paperless menggunakan sms dan internet banking. Transaksi jual beli saat ini
juga menggunakan e-payment.
Bagaimana dengan dunia pendidikan?
Di universitas saya, Udayana, sistem paperless semakin
dikembangkan. Bahan kuliah dikirim melalui email di milis sehari sebelum
perkuliahan sehingga kami bisa membaca bahan kuliah melalui gadget yang kami
miliki. Tugas-tugas juga dikirim secara elektronik melalui email. Pengumuman
diberikan melalui website resmi kampus dan melalui email di milis setiap
angkatan. Sistem pendidikan mulai didisain ramah lingkungan dengan sistem
paperless.
Menurut saya, dengan berkembangnya sistem paperless, di masa
depan akan muncul “tech city” atau kota yang dilengkapi kecanggihan tekologi.
Di kota tersebut kertas sudah mulai ditinggalkan. Segala bentuk kegiatan
dilengkapi teknologi. Tidak ada lagi kertas koran atau reklame kertas.
Transaksi dengan e-payment berkembang pesat dan perpustakaan
menjadi perpustakaan digital. Segala bentuk informasi disajikan secara
elektronik. Penebangan hutan untuk industri kertas dapat ditekan dan hutan
menjadi lestari.
Sebagai generasi penerus bangsa, kita harus mendukung paperless menjadi
gaya hidup baru yang revolusioner untuk mengatasi pemanasan global. Paperless
sebagai tindakan nyata kepedulian kita terhadap pencegahan pemanasan global.
Segala upaya harus dimulai dari hal yang kecil, dimulai dari diri kita sendiri
dan dimulai dari sekarang.
Oleh : Nabila Zuhdy – Universitas
Udayana
sumber : http://kabarkampus.com/2014/04/paperless-gaya-hidup-revolusioner-untuk-mengatasi-pemanasan-global/
0 Comment to "Paperless : Gaya Hidup Revolusioner Untuk Mengatasi Pemanasan Global"
Posting Komentar