Senin, 13 November 2023

Program Literasi Sekolah dan Penerapannya

Program Literasi Sekolah dan Penerapannya

Apa itu program literasi sekolah? Bagaimana penerapannya ke siswa?

Program literasi sekolah adalah inisiatif pendidikan yang dirancang untuk meningkatkan tingkat literasi siswa di tingkat sekolah. Program ini tidak hanya berfokus pada kemampuan membaca dan menulis, tetapi juga mencakup pemahaman teks, keterampilan berpikir kritis, dan kemampuan berkomunikasi secara efektif. Tujuan utama dari program literasi sekolah adalah memberikan dasar yang kuat bagi kemampuan literasi siswa di semua mata pelajaran dan membekali mereka dengan keterampilan yang diperlukan untuk sukses dalam kehidupan.

Komponen Umum Program Literasi Sekolah:

1. Pembelajaran Membaca dan Menulis:
  • Pengembangan keterampilan membaca dengan pemahaman.
  • Peningkatan keterampilan menulis, termasuk penulisan naratif, ekspositori, dan argumentatif.

2. Pemahaman Teks:

  • Pelatihan dalam menganalisis dan menafsirkan berbagai jenis teks, termasuk prosa, puisi, dan sumber-sumber nonfiksi.
  • Pemahaman strategi membaca, seperti merinci informasi, membuat inferensi, dan mengidentifikasi gagasan utama.

3. Kemampuan Berpikir Kritis:

  • Pemberdayaan siswa untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis melalui pemecahan masalah, analisis, dan evaluasi.
  • Pelatihan dalam mempertanyakan informasi, membedakan antara fakta dan opini, dan membuat penilaian yang berbasis bukti.

4. Kemampuan Berbicara dan Mendengarkan:

  • Fokus pada pengembangan kemampuan berbicara secara efektif, termasuk presentasi lisan dan berpartisipasi dalam diskusi.
  • Pelatihan dalam keterampilan mendengarkan, termasuk memahami inti pesan dan merespons dengan tepat.

5. Penggunaan Teknologi dalam Literasi:

  • Integrasi teknologi untuk meningkatkan pembelajaran literasi, seperti penggunaan perangkat lunak pembelajaran, sumber daya online, dan platform kolaboratif.
  • Pemahaman tentang literasi digital dan etika dalam penggunaan teknologi.

Penerapan ke Siswa:

1. Penilaian Awal:

  • Evaluasi tingkat literasi siswa melalui tes awal atau pengukuran lainnya untuk menentukan tingkat pemahaman dan keterampilan mereka.

2. Differensiasi Instruksi:

  • Penyesuaian metode pengajaran dan materi untuk memenuhi kebutuhan individu siswa, termasuk mereka yang memiliki tingkat literasi yang beragam.

3. Pengembangan Program Bacaan:

  • Mendorong minat membaca dengan menyediakan akses ke koleksi buku yang beragam dan relevan.
  • Mengimplementasikan program bacaan yang merangsang minat dan mempromosikan budaya membaca.

4. Model Pembelajaran Literasi:

  • Membuat lingkungan di kelas yang mendukung model pembelajaran literasi, dengan guru yang menunjukkan keterampilan membaca dan menulis secara aktif.
  • Mendorong siswa untuk berpartisipasi dalam aktivitas literasi, seperti mengorganisir klub buku atau penyelenggaraan acara membaca.

5. Pelatihan Guru:

  • Memberikan pelatihan kepada guru untuk meningkatkan keterampilan mereka dalam mendukung perkembangan literasi siswa.
  • Mendorong kolaborasi antara guru untuk bertukar praktik terbaik dan strategi pengajaran yang berhasil.

6. Pemantauan dan Evaluasi:

  • Melakukan pemantauan terus-menerus terhadap kemajuan literasi siswa melalui evaluasi formatif dan sumatif.
  • Menggunakan data hasil evaluasi untuk mengidentifikasi area yang memerlukan perhatian lebih lanjut dan peningkatan program.

Program literasi sekolah dirancang untuk menjadi holistik, mencakup berbagai aspek pembelajaran literasi dan memberikan dukungan kontinu kepada siswa. Penerapannya membutuhkan kerjasama antara guru, siswa, orang tua, dan pihak-pihak terkait untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang mendukung perkembangan literasi yang kokoh pada setiap tingkatan sekolah. 

Contoh produk literasi siswa :

1. Puisi atau Karya Sastra: Siswa dapat menulis puisi atau karya sastra yang mencerminkan pemahaman mendalam tentang elemen-elemen sastra, penggunaan bahasa yang efektif, dan interpretasi kreatif terhadap topik tertentu.

2. Laporan Penelitian atau Esei: Siswa menulis laporan penelitian atau esei yang menunjukkan kemampuan mereka dalam mencari, menganalisis, dan mensintesis informasi dari berbagai sumber.

3. Presentasi Lisan: Siswa menyampaikan presentasi lisan mengenai topik tertentu, menunjukkan kemampuan berbicara dengan percaya diri, organisasi ide, dan penggunaan bahasa yang sesuai.

4. Proyek Jurnalisme: Siswa membuat artikel jurnalisme atau laporan berita yang mencakup wawancara, investigasi, dan penyelidikan terhadap suatu isu atau peristiwa.

5. Buku atau Novel Mini: Siswa menulis buku atau novel mini yang menggambarkan cerita atau konsep tertentu, menunjukkan pemahaman akan struktur naratif dan pengembangan karakter.

6. Buku Jurnal atau Blog atau Posting Online: Siswa mengelola blog atau membuat posting online yang mencakup tulisan reflektif, ulasan buku, atau pemikiran tentang topik-topik tertentu.

7. Komik Edukatif: Siswa membuat komik yang menggabungkan narasi, gambar, dan dialog untuk menyampaikan informasi atau cerita dengan cara yang menarik.

8. Portofolio Pribadi: Siswa menyusun portofolio literasi pribadi yang mencakup kumpulan tulisan, proyek, dan hasil karya literasi lainnya selama satu periode tertentu.

9. Drama atau Pertunjukan Teater: Siswa menulis dan menyajikan skenario drama atau pertunjukan teater yang menunjukkan pemahaman akan elemen dramatik dan keterampilan berbicara di depan umum.

10. Majalah Sekolah atau Karya Seni Literasi: Siswa berkolaborasi untuk menciptakan majalah sekolah atau karya seni literasi yang mencakup berbagai bentuk literasi, seperti cerpen, puisi, dan ilustrasi.

11. Buku Ilustrasi Anak-anak: Siswa menulis dan mengilustrasikan buku anak-anak yang mengajarkan nilai-nilai moral atau memberikan pemahaman baru tentang suatu konsep.

12. Debat atau Forum Diskusi: Siswa berpartisipasi dalam debat atau forum diskusi, menunjukkan kemampuan menyusun argumen, menyampaikan pendapat, dan merespons pandangan orang lain.

13. Proyek Penyelidikan Multimedia: Siswa menciptakan proyek penyelidikan multimedia yang menggunakan video, suara, dan teks untuk menyajikan temuan penelitian atau cerita.

14. Podcast Pendidikan: Siswa membuat podcast pendidikan yang mencakup wawancara, opini, atau konten pendidikan lainnya.

15. Pameran Seni Literasi: Siswa menyelenggarakan pameran seni literasi yang mencakup karya tulis, seni visual, dan proyek literasi lainnya untuk dipamerkan di sekolah atau di lingkungan masyarakat.

16. Penyusunan Panduan Bacaan: Siswa menyusun panduan bacaan atau rekomendasi buku yang mencakup analisis, review, dan rekomendasi berdasarkan preferensi pembaca.

17. Rancangan Kampanye Literasi: Siswa merancang kampanye literasi yang mencakup kegiatan promosi membaca, perencanaan acara, dan materi pemasaran untuk meningkatkan minat membaca di sekolah atau komunitas.

18. Rancangan Situs Web Edukasi: Siswa merancang situs web yang berisi informasi dan analisis mengenai topik literasi atau teks tertentu.

19. Peta Konsep atau Diagram Mind Map: Siswa membuat peta konsep atau diagram mind map untuk merepresentasikan hubungan antaride, tema, dan konsep dalam suatu teks atau materi pembelajaran.

20. Permainan Kata atau Kuis Literasi: Siswa merancang permainan kata atau kuis literasi untuk melibatkan teman-teman sekelas mereka. Ini mencerminkan kreativitas dan pemahaman mereka tentang konsep-konsep literasi.

21. Esai Argumentatif: Siswa menulis esai yang menyajikan argumen yang terorganisir dan didukung oleh bukti konkret. Esai ini menunjukkan kemampuan mereka untuk menyusun argumen yang kohesif dan menggunakan bukti untuk mendukung pendapat mereka.

22. Proyek Penelitian: Siswa melakukan proyek penelitian yang melibatkan pemilihan topik, pengumpulan informasi, dan penyajian hasil penelitian mereka. Ini mencerminkan kemampuan mereka dalam mencari informasi, mengevaluasi sumber, dan menyajikan temuan secara sistematis.

Produk-produk ini tidak hanya menunjukkan kemahiran literasi siswa tetapi juga memungkinkan mereka untuk mengekspresikan diri mereka dengan cara yang kreatif dan bermakna. Selain itu, produk-produk ini dapat digunakan sebagai alat penilaian yang baik untuk mengukur perkembangan literasi siswa secara holistik.

Semoga bermanfaat.

Literasi dan Numerasi : Fondasi Penting dalam Pendidikan Modern

Literasi dan Numerasi : Fondasi Penting dalam Pendidikan Modern

Literasi dan numerasi adalah dua keterampilan fundamental yang sangat penting bagi siswa di era ini. Baik literasi maupun numerasi memiliki peran krusial dalam membentuk kesuksesan pendidikan, pengembangan pribadi, dan persiapan untuk mengatasi tantangan masa depan. 

Dari segi definisi, literasi bisa diartikan keterampilan membaca, menulis, dan memahami informasi. Ini melibatkan kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif melalui kata-kata, baik secara lisan maupun tertulis. Dalam konteks modern, literasi juga mencakup literasi media dan literasi digital, yaitu kemampuan untuk memahami dan menggunakan informasi dalam format media yang berbeda, termasuk di dunia digital. Sedangkan numerasi adalah kemampuan menggunakan dan memahami angka serta konsep-konsep matematika. Ini melibatkan kemampuan untuk melakukan perhitungan, memecahkan masalah matematis, dan mengenali pola-pola angka. Numerasi mencakup pemahaman terhadap keterkaitan konsep matematika dengan kehidupan sehari-hari.

Berikut adalah beberapa alasan mengapa literasi dan numerasi sangat penting bagi siswa saat ini:

1. Landasan Utama Pendidikan:
Literasi dan numerasi adalah landasan utama untuk membuka pintu kesuksesan di dunia pendidikan. Kemampuan membaca dan memahami teks, serta kemampuan matematika, menjadi dasar untuk menguasai mata pelajaran lainnya. Tanpa literasi dan numerasi yang kuat, siswa mungkin menghadapi kesulitan dalam memahami materi pelajaran dan mengatasi ujian akademis. 

2. Keterampilan Hidup Sehari-hari:
Baik di sekolah maupun di kehidupan sehari-hari, literasi dan numerasi menjadi keterampilan yang diperlukan. Dalam kehidupan sehari-hari, kemampuan membaca diperlukan untuk memahami petunjuk, informasi produk, dan dokumen-dokumen penting lainnya. Pemahaman numerasi, di sisi lain, diperlukan untuk mengelola anggaran, mengukur bahan, dan membuat keputusan berdasarkan data.

3. Persiapan untuk Pekerjaan:
Di dunia kerja modern, literasi dan numerasi merupakan keterampilan esensial. Kemampuan membaca dengan pemahaman dan pemahaman numerasi memungkinkan seseorang untuk memahami instruksi pekerjaan, berkomunikasi secara efektif, dan menyelesaikan tugas-tugas yang melibatkan konsep-konsep matematika dasar. Keterampilan ini sangat dicari oleh pengusaha di berbagai sektor.

4. Penelitian dan Kritis Berpikir:
Literasi membuka pintu untuk penelitian yang efektif. Kemampuan membaca dengan pemahaman memungkinkan siswa untuk mengevaluasi sumber informasi, memilah fakta dari opini, dan mengembangkan keterampilan kritis berpikir. Pemahaman numerasi juga memainkan peran penting dalam kemampuan siswa untuk menganalisis data, membuat keputusan berbasis angka, dan memecahkan masalah matematis.

5. Pemahaman Digital:
Dalam era digital, literasi tidak hanya terbatas pada keterampilan membaca tradisional. Literasi digital, yang mencakup kemampuan memahami, mengevaluasi, dan menggunakan informasi secara online, semakin menjadi keterampilan yang sangat penting. Siswa perlu menguasai literasi digital untuk berpartisipasi dengan bijaksana di dunia online yang terus berkembang.

6. Kompetensi Global:
Kemampuan membaca, menulis, dan memahami informasi serta kemampuan matematika tidak hanya penting di tingkat lokal, tetapi juga di tingkat global. Siswa yang memiliki literasi dan numerasi yang kuat lebih mampu bersaing di pasar global, berkolaborasi dengan individu dari berbagai budaya, dan berpartisipasi dalam tantangan-tantangan global.

7. Pengembangan Karakter:
Literasi dan numerasi juga berkontribusi pada pengembangan karakter siswa. Keterampilan ini membentuk ketekunan, tanggung jawab, dan rasa percaya diri. Siswa yang merasa percaya diri dalam membaca dan memahami konsep matematika lebih cenderung memiliki sikap positif terhadap belajar dan mengatasi hambatan-hambatan pendidikan.

8. Pemecahan Masalah Sehari-hari:
Literasi dan numerasi memainkan peran penting dalam pemecahan masalah sehari-hari. Siswa yang memiliki keterampilan ini lebih mampu mengatasi tantangan sehari-hari, seperti memecahkan masalah keuangan, memahami informasi medis, atau merencanakan rute perjalanan. Contoh nyatanya adalah sebagai berikut:
Literasi:
1. Membaca Instruksi:
Contoh: Seorang ibu rumah tangga membaca instruksi pada kemasan produk makanan untuk memastikan cara memasak yang benar dan tanggal kedaluwarsa.
2. Evaluasi Informasi Kesehatan:
Contoh: Seseorang membaca artikel kesehatan online untuk memahami gejala penyakit dan memeriksa keandalan sumber informasi tersebut.
3. Penyusunan Rencana Perjalanan:
Contoh: Seorang pelancong membaca panduan perjalanan untuk merencanakan rute, mengevaluasi penginapan, dan memahami aturan keamanan di tempat tujuan.
4. Analisis Berita:
Contoh: Seorang individu membaca berita dari berbagai sumber untuk mendapatkan sudut pandang yang lebih luas dan mengevaluasi keberimbangan dan objektivitas informasi.
5. Penulisan Resensi:
Contoh: Seorang siswa menulis resensi buku setelah membaca dengan cermat, menyajikan pemikiran kritis tentang narasi, karakter, dan pesan buku.
6. Membaca Petunjuk Pemakaian:
Skenario: Seseorang membeli perangkat elektronik baru dan perlu mengatur pengaturan dan fitur-fiturnya.
Literasi: Membaca dan memahami petunjuk pemakaian, panduan pengguna, atau informasi teknis yang disertakan.
7. Evaluasi Informasi Kesehatan:
Skenario: Seseorang mencari informasi tentang penyakit tertentu untuk mengambil keputusan tentang perawatan kesehatan.
Literasi: Mengevaluasi sumber informasi kesehatan, memahami istilah medis, dan menyusun pemahaman yang akurat.
8. Analisis Persyaratan Kontrak atau Perjanjian:
Skenario: Seseorang hendak menandatangani kontrak sewa atau perjanjian layanan.
Literasi: Membaca dan memahami setiap klausul dalam kontrak, mengidentifikasi hak dan tanggung jawab, dan menilai implikasi jangka panjang.

Numerasi:
1. Pengelolaan Keuangan Pribadi:
Contoh: Seorang individu membuat anggaran bulanan, menghitung pengeluaran, dan menentukan berapa banyak uang yang bisa disisihkan untuk tabungan.
2. Pengukuran Dalam Memasak:
Contoh: Seseorang mengukur bahan makanan dengan tepat menggunakan alat pengukur, mengikuti resep dengan cermat untuk memasak makanan.
3. Perhitungan Rute Perjalanan:
Contoh: Seorang pengemudi menggunakan aplikasi peta untuk menghitung jarak tempuh dan perkiraan waktu perjalanan sebelum memulai perjalanan.
4. Analisis Data Penjualan:
Contoh: Seorang pebisnis menggunakan data penjualan untuk mengidentifikasi tren, menghitung laba, dan membuat keputusan strategis terkait persediaan dan pemasaran.
5. Pengukuran dalam Proyek Rumah Tangga:
Contoh: Seorang individu yang merencanakan proyek perbaikan rumah mengukur dimensi ruangan, menentukan jumlah bahan yang dibutuhkan, dan menghitung perkiraan biaya.
6. Perencanaan Keuangan Pribadi:
Skenario: Membuat anggaran bulanan dan merencanakan pengeluaran.
Numerasi: Menghitung pendapatan, mengalokasikan dana untuk kebutuhan dan keinginan, serta mengelola keuangan pribadi secara efektif.
7. Mengukur Resep Masakan:
Skenario: Memasak dengan mengikuti resep yang memerlukan pengukuran bahan-bahan.
Numerasi: Mengukur jumlah bahan, menghitung proporsi, dan membuat penyesuaian jika diperlukan.
8. Pembandingan Penawaran Belanja:
Skenario: Mencari penawaran terbaik untuk produk tertentu.
Numerasi: Membandingkan harga, menghitung diskon, dan mengevaluasi nilai barang yang ditawarkan.

Integrasi Literasi dan Numerasi:
1. Pemilihan Produk Berdasarkan Review:
Contoh: Seseorang membaca review produk online (literasi) dan membandingkan harga serta ulasan untuk menghitung nilai produk yang terbaik (numerasi).
2. Penggunaan Instruksi Pemakaian Barang Elektronik:
Contoh: Seseorang membaca petunjuk penggunaan perangkat elektronik (literasi) dan mengikuti langkah-langkah pemrograman atau pengaturan tertentu (numerasi).
3. Perencanaan Rencana Liburan:
Contoh: Seorang individu membaca panduan perjalanan (literasi) dan menghitung anggaran serta biaya perjalanan (numerasi) untuk merencanakan liburan yang sesuai.
4. Pemahaman Faktur dan Tagihan:
Contoh: Seorang konsumen membaca dan memahami detail tagihan (literasi) serta melakukan perhitungan untuk memastikan pembayaran yang tepat (numerasi).
5. Menganalisis Data Kesehatan:
Contoh: Seseorang membaca laporan medis (literasi) dan memahami hasil tes serta menghitung parameter kesehatan yang relevan (numerasi).
6. Mengelola Jadwal dan Waktu:
Skenario: Mengatur jadwal harian yang efisien.
Literasi: Membaca dan memahami agenda atau jadwal.
Numerasi: Menghitung durasi kegiatan, menetapkan prioritas, dan mengoptimalkan penggunaan waktu.
7. Navigasi dengan Peta atau Aplikasi Navigasi:
Skenario: Merencanakan rute perjalanan untuk menghindari kemacetan.
Literasi: Membaca dan memahami peta atau petunjuk arah.
Numerasi: Menghitung jarak, memperkirakan waktu perjalanan, dan memilih rute yang paling efisien.
8. Penyusunan Rencana Perjalanan:
Skenario: Merencanakan liburan atau perjalanan bisnis.
Literasi: Membaca ulasan hotel, memahami aturan perjalanan, dan membuat rencana perjalanan.
Numerasi: Menghitung anggaran perjalanan, merencanakan aktivitas harian, dan memperkirakan biaya.

Dalam kehidupan sehari-hari, literasi dan numerasi saling melengkapi untuk membantu individu membuat keputusan yang informasional, memecahkan masalah, dan mengelola aspek-aspek penting dalam kehidupan mereka. Keterampilan ini memiliki dampak yang signifikan pada kemampuan seseorang untuk berfungsi secara efektif dan mandiri dalam masyarakat.

Literasi dan numerasi bukan hanya sekadar keterampilan akademis; keduanya merupakan dasar bagi perkembangan siswa di berbagai aspek kehidupan. Siswa yang melek literasi dan numerasi cenderung lebih sukses di sekolah, lebih siap menghadapi tantangan di dunia kerja, dan lebih mampu berpartisipasi dalam masyarakat yang semakin terhubung dan kompleks. Oleh karena itu, pendidikan yang efektif perlu memprioritaskan pengembangan literasi dan numerasi sebagai fondasi penting bagi pertumbuhan dan kesuksesan siswa di era sekarang ini.

Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 2.1

Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 2.1

PEMBELAJARAN DIFERENSIASI MODEL 4 C: CONNECTION, CHALLENGE, CONCEPT, CHANGE

Oleh :
Achmad Falichul Hidayat, S.Kom
SMP Negeri 2 Lamongan
CGP Angkatan 9 Kab. Lamongan, Jawa Timur

Jurnal refleksi dwimingguan ini saya tulis setelah berpartisipasi dalam proses pendidikan Angkatan ke-9 Guru Penggerak. Jurnal ini berkaitan dengan pemahaman saya terhadap Modul 2.1 "Pembelajaran untuk Memenuhi Kebutuhan Murid". Dalam menyusun jurnal ini, saya mengadopsi model 4F yang meliputi Fakta (peristiwa), Feeling (perasaan), Findings (temuan/pembelajaran), dan Future (rencana tindakan).

Berikut ini hasil refleksi saya selama mengikuti Pendidikan guru penggerak Angkatan 9 selama dua minggu ini:

Fact (Peristiwa)

Dalam dwi mingguan kelima, dari tanggal 20 oktober hingga 2 nopember 2023, seluruh Calon Guru Penggerak Angkatan 9 mempelajari Modul 2.1 dan mengikuti serangkaian kegiatan pelatihan di LMS (Learning Management System) sesuai jadwal yang telah ditentukan, dipandu oleh Pengajar Praktik, Fasilitator, dan Instruktur. Pelatihan ini mengikuti alur MERDEKA, yaitu Mulai dari Diri, Eksplorasi Konsep, Ruang Kolaborasi, Demonstrasi Kontekstual, Elaborasi Pemahaman, Koneksi Antar Materi, dan Aksi Nyata.

Kegiatan diawali dengan mengerjakan Pre-test paket modul 2 dan dilanjutkan dengan mempelajari Mulai dari Diri dan Eksplorasi Konsep dengan moda mandiri pada tanggal 20 oktober 2023.

Eksplorasi Konsep dilanjutkan pada tanggal 23-24 oktober 2023 melalui Forum Diskusi. Dalam eksplorasi konsep ini, banyak konsep diperoleh, termasuk disiplin positif, teori kontrol, teori motivasi, hukuman dan penghargaan, posisi kontrol guru, kebutuhan dasar manusia, keyakinan kelas, dan segitiga restitusi.

Video Conference di alur Ruang Kolaborasi sesi 1 dilaksanakan pada hari rabu, tanggal 25 Oktober 2023, pukul 15.00 s.d 17.45 WIB. Kelas dibagi menjadi 4 kelompok sesuai jumlah kasus yang akan dianalisis dalam diskusi. Saya termasuk kelompok 4 (SMA/SMK) bersama rekan Calon Guru Penggerak (CGP) lainnya, yaitu Pak Slamet, dan Ibu Iza. Kelompok ini berdiskusi untuk menganalisis kasus penerapan disiplin positif, yang kemudian dipresentasikan pada Video Conference alur Ruang Kolaborasi sesi 2 pada hari kamis, tanggal 26 oktober 2023, pukul 15.00 s.d 17.45 WIB.

Demonstrasi Kontekstual dilaksanakan pada tanggal 27 oktober hingga 1 nopember 2023. Di bagian ini saya saya menyusun RPP untuk pembelajaran berdiferensiasi dalam mata pelajaran Informatika dan fokus pada materi Sistem Komputer kelas VII.

Pada hari selasa, tanggal 31 Oktober 2023, pukul 15.30 s.d 17.00 WIB, saya mengikuti sesi elaborasi pemahaman melalui Video Conference (vcon) bersama Instruktur, Ibu Reni Nurhapsari (201511896810@guruku.id). Dalam sesi ini, saya sangat bersyukur karena mendapat panduan yang sangat jelas dari instruktur yang luar biasa, Ibu Desi Andriani. Beliau memberikan gambaran yang sangat terperinci tentang penerapan pembelajaran berdiferensiasi di kelas.

Ketika saya menyusun koneksi antar materi, saya menyadari bahwa semua materi yang telah saya pelajari dari modul 1.1 hingga 2.1 sangat erat kaitannya dengan prinsip memberikan prioritas pada proses pendidikan kepada para murid.

Sebagai tindakan nyata yang telah saya lakukan, saya telah menerapkan pembelajaran berdiferensiasi pada kelas VII SMP dalam pelajaran Informatika.

Feeling (Perasaan)

Saya merasa sangat bersyukur memiliki kesempatan untuk memperdalam pemahaman tentang Pembelajaran Berdiferensiasi. Materi dan interaksi dengan rekan-rekan telah membuat saya semakin termotivasi untuk mengimplementasikan pendekatan ini dalam pengajaran saya.

Saya merasa optimis dan antusias untuk menjalankan pembelajaran yang lebih mendukung kebutuhan belajar individu murid saya. Terlibat dalam sesi ruang kolaborasi dan berdiskusi dengan kelompok telah memperkaya pemahaman saya, dan saya merasa lebih siap untuk menghadapi tantangan dalam mengelola keragaman di kelas.

Finding (Pembelajaran)

Dalam modul ini, saya belajar bahwa Pembelajaran Berdiferensiasi adalah upaya guru untuk menyesuaikan proses pembelajaran agar sesuai dengan kebutuhan belajar individu murid. Kunci utama dalam pembelajaran berdiferensiasi adalah merespon kebutuhan belajar murid dengan cermat. Penting untuk memiliki tujuan pembelajaran yang jelas, merencanakan respons terhadap kebutuhan belajar murid, menciptakan lingkungan belajar yang mengundang, mengelola kelas dengan efektif, dan melakukan penilaian berkelanjutan.

Saya juga memahami bahwa kebutuhan belajar murid dapat dikategorikan dalam tiga aspek: kesiapan belajar, minat, dan profil belajar. Kesiapan belajar adalah kapasitas murid untuk mempelajari materi baru, minat adalah faktor psikologis yang memengaruhi motivasi belajar, dan profil belajar adalah cara unik murid dalam memproses informasi.

Dalam konteks pembelajaran berdiferensiasi, saya menemukan tiga strategi utama: diferensiasi konten (mengubah materi pembelajaran), diferensiasi proses (mengubah cara pembelajaran disampaikan), dan diferensiasi produk (mengubah tugas atau penilaian). Saya merasa sangat tertarik untuk mengimplementasikan strategi ini dalam kelas saya.

Future (Penerapan)

Setelah menyelesaikan modul ini, saya berencana untuk melakukan asesmen formatif awal untuk mengidentifikasi kebutuhan belajar individu murid. Saya juga akan merencanakan dan mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi dalam mata pelajaran yang saya ajarkan. Saya berharap dapat berkolaborasi lebih intensif dengan rekan guru, terutama mereka yang memiliki pengalaman dalam pembelajaran berdiferensiasi.

Selanjutnya, saya akan berusaha untuk membagikan praktik baik saya dengan rekan-rekan sejawat agar keberpihakan pada murid dan pembelajaran berdiferensiasi dapat menjadi budaya di sekolah kami. Saya yakin bahwa pengembangan diri ini akan membantu saya menjadi guru yang lebih efektif dan responsif terhadap kebutuhan belajar murid.

Demikian refleksi dwi mingguan saya tentang Modul 2.1 mengenai Pembelajaran Berdiferensiasi. Melalui perjalanan ini, saya berharap dapat terus tumbuh dan memberikan dampak positif pada pembelajaran di sekolah. Terima kasih dan semoga bermanfaat.

 

Salam Guru Penggerak!

Tergerak, Bergerak, Menggerakkan

Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 1.4

Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 1.4

Budaya Positif

Oleh :
Achmad Falichul Hidayat, S.Kom
SMP Negeri 2 Lamongan
CGP Angkatan 9 Kab. Lamongan, Jawa Timur

Dalam kesempatan ini, saya akan menyampaikan jurnal refleksi dwi mingguan saya pada Modul 1.4 tentang Budaya Positif. Jurnal refleksi ini menjadi komitmen rutin setiap selesai menyelesaikan materi pada setiap modul, dan merupakan tugas wajib bagi semua Calon Guru Penggerak. Saya akan memaparkan refleksi menggunakan model 4F, yaitu: 1. Facts (Peristiwa), 2. Feelings (Perasaan), 3. Findings (Pembelajaran), 4. Future (Penerapan).

Berikut ini hasil refleksi saya selama mengikuti Pendidikan guru penggerak Angkatan 9 selama dua minggu ini:

Fact (Peristiwa)

Dalam dwi mingguan keempat, dari tanggal 29 September hingga 19 Oktober 2023, seluruh Calon Guru Penggerak Angkatan 9 mempelajari Modul 1.4 dan mengikuti serangkaian kegiatan pelatihan di LMS (Learning Management System) sesuai jadwal yang telah ditentukan, dipandu oleh Pengajar Praktik, Fasilitator, dan Instruktur. Pelatihan ini mengikuti alur MERDEKA, yaitu Mulai dari Diri, Eksplorasi Konsep, Ruang Kolaborasi, Demonstrasi Kontekstual, Elaborasi Pemahaman, Koneksi Antar Materi, dan Aksi Nyata. Juga, Pendampingan Individu (PI) dilaksanakan sebulan sekali pada tanggal 9-13 Oktober 2023.

Kegiatan dimulai dengan Mulai dari Diri dan Eksplorasi Konsep dengan moda Mandiri pada tanggal 29 September 2023.

Eksplorasi Konsep dilanjutkan pada tanggal 2-5 Oktober 2023 melalui Forum Diskusi. Dalam eksplorasi konsep ini, banyak konsep diperoleh, termasuk disiplin positif, teori kontrol, teori motivasi, hukuman dan penghargaan, posisi kontrol guru, kebutuhan dasar manusia, keyakinan kelas, dan segitiga restitusi.

Video Conference di alur Ruang Kolaborasi sesi 1 dilaksanakan pada hari jumat, tanggal 6 Oktober 2023, pukul 18.00 s.d 20.45 WIB. Kelas dibagi menjadi 3 kelompok sesuai jumlah kasus yang akan dianalisis dalam diskusi. Saya termasuk kelompok 2 bersama rekan Calon Guru Penggerak (CGP) lainnya, yaitu Pak Ubaid, Ibu Umi, dan Ibu Iza. Kelompok ini berdiskusi untuk menganalisis kasus penerapan disiplin positif, yang kemudian dipresentasikan pada Video Conference alur Ruang Kolaborasi sesi 2 pada hari senin, tanggal 9 oktober 2023, pukul 15.00 s.d 17.45 WIB.

Demonstrasi Kontekstual dilaksanakan pada tanggal 10 dan 11 Oktober 2023. Dalam kegiatan ini, CGP berlatih menerapkan segitiga restitusi dengan mengambil dua kasus pembelajaran di sekolah. Tantangan muncul karena CGP diminta untuk mempraktikkan langsung dengan peserta didik sambil direkam untuk diunggah di LMS. Setelah itu, kami melanjutkan untuk membuat aksi nyata yang akan diunggah ke LMS.

Pada hari kamis, tanggal 12 Oktober 2023, pukul 15.30 s.d 17.00 WIB, saya mengikuti sesi elaborasi pemahaman melalui Video Conference (vcon) bersama Instruktur, Bapak bambang Siswanto (201510283072@guruku.id). Dalam sesi ini, beliau memberikan penguatan terkait modul 1.4 budaya positif. Selanjutnya, kami diminta untuk membuat koneksi antara materi sebelumnya dengan materi saat ini, membuat kesimpulan, dan menjawab pertanyaan panduan dalam materi koneksi materi. Setelah itu, kami diwajibkan membuat tabel rancangan aksi nyata.

Pada tanggal 17 oktober, saya mengikuti post tes paket modul 1, di mana saya diberikan waktu satu jam untuk menjawab 20 soal pilihan ganda terkait materi tersebut.

Feeling (Perasaan)

Setelah mempelajari Modul 1.4, perasaan saya menjadi sangat senang dan semakin antusias untuk menerapkan materi yang telah dipelajari. Saat saya mulai menerapkan pembuatan keyakinan kelas, saya menemukan pengalaman yang berbeda dan menarik. Dalam proses ini, murid dengan kesadarannya mengungkapkan nilai-nilai kebajikan dan disiplin positif yang akan diyakininya.

Saat melakukan kegiatan pembuatan keyakinan kelas, perasaan saya menjadi sangat senang karena ternyata murid juga antusias dan aktif dalam melaksanakannya. Saya merasa bahagia melihat partisipasi mereka dalam proses ini. Selain itu, ketika saya terlibat dalam praktik segitiga restitusi untuk memperbaiki kesalahan murid, saya merasakan kepuasan tersendiri. Saat melakukan restitusi, saya sangat menghargai ketulusan murid yang bersedia terbuka mengenai permasalahan yang dihadapi dan bagaimana mereka berkomitmen untuk memperbaikinya.

Pentingnya penghargaan dan ketulusan dalam proses restitusi membuat saya merasa senang dan termotivasi untuk terus melibatkan murid dalam pengambilan tanggung jawab atas tindakan mereka. Selain itu, ketika murid melanggar peraturan dan harus menerima konsekuensi sesuai dengan yang disepakati sebelumnya, saya merasa bahwa hal ini merupakan bagian penting dari proses pembelajaran yang bertanggung jawab dan adil. Perasaan ini semakin memperkuat tekad saya untuk memberikan dampak positif dalam pembelajaran dan perkembangan murid.

Finding (Pembelajaran)

Pembelajaran bermakna yang saya peroleh setelah mempelajari Modul 1.4 tentang budaya positif adalah bahwa sebagai calon guru penggerak, penting untuk menempatkan diri dalam posisi kontrol yang tepat dalam menerapkan budaya positif di sekolah. Posisi kontrol tersebut dapat diibaratkan sebagai manajer, di mana segitiga restitusi menjadi solusi yang efektif ketika ada murid yang melanggar keyakinan kelas.

Penerapan segitiga restitusi sebagai bentuk penyelesaian konflik memberikan dampak positif. Restitusi menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahan mereka dan kembali ke kelompok mereka dengan karakter yang lebih kuat (Gossen; 2004). Hal ini memastikan bahwa proses penyelesaian masalah berjalan dengan damai, sambil memperkuat karakter murid. Dengan demikian, mereka tidak hanya menyelesaikan konflik, tetapi juga berkembang menjadi individu yang lebih baik.

Penerapan segitiga restitusi dalam menanggapi pelanggaran keyakinan kelas bukan hanya sebagai tindakan disipliner, tetapi juga sebagai kesempatan untuk mendidik dan memperkuat karakter murid. Pendekatan ini memberikan kontribusi positif terhadap pembentukan identitas dan perkembangan murid, sehingga mereka dapat kembali ke kelompoknya dengan karakter yang lebih kuat dan lebih baik.

Future (Penerapan)

Saya akan berusaha mewujudkan budaya positif dengan mengimplementasikan konsep-konsep terkait, seperti disiplin positif, teori kontrol, teori motivasi, hukuman dan penghargaan, posisi kontrol guru, kebutuhan dasar manusia, keyakinan kelas, dan segitiga restitusi. Dengan menerapkan prinsip-prinsip ini, diharapkan bahwa ke depannya saya dapat membangun kerjasama dan kolaborasi yang lebih baik dengan seluruh warga sekolah dan pihak terkait.

Demikian refleksi dwi mingguan saya tentang Modul 1.4 mengenai Budaya Positif. Secara keseluruhan, Modul 1.4 ini mempelajari tentang pentingnya posisi kontrol dan segitiga restitusi menjadi landasan untuk membentuk karakter murid dengan damai dan memperkuat identitas mereka. Saya berharap dapat mengimplementasikan dengan maksimal dari apa yang sudah saya pelajari di modul 1.4 ini. Terima kasih dan semoga bermanfaat.

 

Salam Guru Penggerak!

Tergerak, Bergerak, Menggerakkan

Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 1.3

Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 1.3

Visi Guru PenggeraK

Oleh :
Achmad Falichul Hidayat, S.Kom
SMP Negeri 2 Lamongan
CGP Angkatan 9 Kab. Lamongan, Jawa Timur

Dalam kesempatan ini, saya ingin menyampaikan refleksi dwi mingguan terkait Modul 1.3 tentang visi guru penggerak. Jurnal ini menjadi sarana bagi saya untuk merenung setelah mengikuti kegiatan pendidikan, dan saya berkomitmen untuk secara rutin menulisnya setiap dua minggu.

Pertama-tama, saya ingin berbicara tentang peristiwa-peristiwa yang saya alami selama kegiatan pembelajaran pada Modul 1.3. Saya berhasil menyelesaikan semua materi yang disajikan dan merasa telah memperoleh banyak pengetahuan baru. Peristiwa tersebut menjadi landasan utama dalam tulisan refleksi ini.

Selanjutnya, mari kita bahas perasaan saya selama kegiatan tersebut. Saya merasa antusias dan termotivasi untuk terus belajar. Pemahaman tentang visi guru penggerak membawa dampak positif pada semangat dan dedikasi saya sebagai calon guru penggerak.

Berbicara tentang pembelajaran, saya menggunakan pendekatan model 4F, yaitu Fact (peristiwa), Feeling (perasaan), Findings (pembelajaran), dan Future (penerapan). Sebagai fakta, saya mengenali bahwa visi guru penggerak bukan hanya sebatas konsep, tetapi juga menjadi landasan bagi transformasi pendidikan. Perasaan antusias tersebut juga tercermin dalam pembelajaran saya, di mana saya merasa semakin siap untuk menjadi agen perubahan di dunia pendidikan.

Dari segi pembelajaran, saya menemukan bahwa visi guru penggerak membuka ruang untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Saya memahami pentingnya memiliki visi yang jelas dan kemampuan untuk menginspirasi orang lain. Ini menjadi temuan berharga yang akan saya terapkan dalam perjalanan karier pendidikan saya.

Ketika berpikir ke depan, saya merencanakan untuk menerapkan visi guru penggerak ini dalam tindakan sehari-hari saya sebagai calon guru. Saya ingin menjadi pemimpin yang dapat memotivasi dan membimbing siswa serta rekan kerja menuju perubahan positif dalam dunia pendidikan.

Berikut ini hasil refleksi saya selama mengikuti Pendidikan guru penggerak Angkatan 9 selama dua minggu ini:

Fact (Peristiwa)

Pada minggu ketiga bulan september 2023, tepatnya pada hari senin, 18 september 2023, saya memulai proses pembelajaran materi "Mulai dari Diri" dan "Eksplorasi Konsep" secara mandiri, sesuai dengan arahan dari Ibu Ninik Widayanti sebagai fasilitator. Modul 1.3 memiliki serangkaian tahapan kegiatan yang telah saya lalui, yakni Mulai dari Diri, Eksplorasi Konsep, Ruang Kolaborasi, Demonstrasi Kontekstual, Elaborasi Pemahaman, Koneksi Antar Materi, dan Aksi Nyata.

Pada tahap Mulai dari Diri, saya merumuskan visi sebagai seorang guru penggerak yang sesuai dengan profil pelajar Pancasila. Saya menyadari pentingnya memiliki visi yang berpihak pada murid sebagai dasar segala inisiatif perubahan dalam pendidikan. Visi dianggap sebagai harapan besar yang diinginkan di masa depan, dan sebagai guru, saya harus mampu menyusun visi yang melampaui zamannya.

Dalam tahap Eksplorasi Konsep, saya memahami betapa krusialnya visi yang mendukung murid sebagai landasan bagi inisiatif perubahan dalam dunia pendidikan. Saya menyadari bahwa guru bukan hanya mentransfer ilmu pengetahuan, tetapi juga bertanggung jawab atas kesuksesan murid dalam melangkah ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Untuk mewujudkan visi tersebut dan menjalankan proses perubahan, saya diperkenalkan pada pendekatan atau paradigma yang disebut Inkuiri Apresiatif (IA). IA merupakan pendekatan manajemen perubahan yang kolaboratif dan berbasis kekuatan, menggunakan prinsip utama psikologi positif dan pendidikan positif. Pendekatan IA diterapkan melalui tahapan BAGJA: Buat pertanyaan, Ambil pelajaran, Gali mimpi, Jabarkan rencana, dan Atur eksekusi.

Pada hari rabu tanggal 20 September 2023, diadakan forum diskusi melalui Ruang Kolaborasi LMS pada pukul 15.00 s.d 18.00. Dalam forum ini, kami saling berdiskusi, menyampaikan pendapat, dan memberikan komentar terhadap pendapat teman-teman lain. Kami diminta untuk membuat prakarsa perubahan dan merumuskan tahapan BAGJA sesuai dengan prakarsa perubahan kelompok.

Hasil diskusi kelompok dipresentasikan secara bergantian pada hari kamis tanggal 21 september 2023 pukul 15.00 s.d 18.00 WIB sesuai dengan tugas masing-masing dan didampingi oleh Fasilitator Ibu Ninik Widayanti. Diskusi berjalan dengan sangat antusias dan produktif, dengan adanya pertukaran pendapat yang memperkaya pemahaman kami tentang alur BAGJA. Masukan dari kelompok lain membuat ide sederhana kami menjadi kuat dan inspiratif sebagai inovasi prakarsa perubahan BAGJA.

Pada tanggal 22 September 2023, kami mempelajari materi Demonstrasi Kontekstual dan ditugaskan untuk membuat tugas yang harus diunggah ke dalam LMS untuk meningkatkan pemahaman tentang materi yang telah dipelajari. Saya memilih menggunakan format PDF untuk tugas demonstrasi kontekstual ini.

Pada tanggal 26 September 2023, kami mengikuti sesi virtual dengan Instruktur Bapak Munajat (201511579412@guruku.id), dalam tahap Elaborasi Pemahaman sebagai penguatan untuk Modul 1.3. Dalam sesi ini, kami belajar menentukan kalimat visi yang sesuai dengan profil pelajar Pancasila, menentukan prakarsa perubahan yang menantang, bermakna kontekstual, dan relevan. Kami memahami bahwa prakarsa perubahan merupakan bagian integral dari visi yang ingin dicapai. Kami juga membuat tahapan BAGJA untuk rencana perubahan di tempat kerja, dengan menggunakan paradigma dan pendekatan Inkuiri Apresiatif, serta berkomitmen menjalankan semua rencana perubahan tersebut di sekolah.

Feeling (Perasaan)

Selama mempelajari Modul 1.3 tentang visi Guru Penggerak, perasaan saya terutama mencakup rasa senang dan semakin termotivasi untuk mendalami peran pendidikan guru penggerak. Kesemangan ini melahirkan kebersemangan dan keyakinan dalam menerapkan visi yang telah saya susun. Saya merasa bersemangat untuk mengimplementasikan rencana perubahan yang telah dirancang dengan teliti. Rasa semangat dan motivasi ini menjadi pendorong untuk menciptakan budaya positif dalam menjalankan prakarsa perubahan, sehingga visi yang saya miliki dapat terwujud.

Saya aktif mengelola waktu dengan sebaik-baiknya tanpa mengabaikan kegiatan lain, baik di lingkungan sekolah, di rumah, maupun dalam masyarakat. Hal ini sebagai bentuk tanggung jawab saya dalam menerapkan konsep yang saya pelajari dari Modul 1.3. Aksi nyata mulai saya lakukan dalam konteks kelas dan lingkungan sekolah sebagai langkah konkret untuk mewujudkan visi guru penggerak yang saya miliki.

Finding (Pembelajaran)

Setelah menjalani pembelajaran Modul 1.3, saya berhasil menarik beberapa temuan berharga terkait kepemimpinan perubahan positif. Saya menyadari bahwa dalam memimpin perubahan, strategi yang terencana dan pemahaman terhadap inkuiri apresiatif sebagai paradigma sangatlah penting. Tahapan BAGJA, yang merupakan singkatan dari Buat pertanyaan utama, Ambil pelajaran, Gali mimpi, Jabarkan rencana, dan Atur eksekusi, merupakan model manajemen perubahan yang diadopsi dari model 5D (Define, Discover, Dream, Design, Deliver) dalam kerangka inkuiri apresiati.

Saya memahami bahwa menyusun BAGJA bisa dilakukan dengan pendekatan Amati, Tiru, dan Modifikasi. Proses ini memungkinkan kita untuk belajar dari keberhasilan orang lain, dan kemudian mengadaptasi konsep tersebut ke dalam konteks perubahan yang kita inginkan. Selain itu, saya menyadari bahwa melakukan perubahan positif tidak selalu dimulai dengan mengidentifikasi masalah, tetapi lebih kepada fokus pada kekuatan yang telah ada, sehingga pemikiran kita dapat dialihkan kepada hal-hal yang positif.

Pentingnya merumuskan visi sebagai guru penggerak juga menjadi salah satu pembelajaran signifikan dari modul ini. Merumuskan visi tidak hanya tentang memiliki gambaran masa depan, tetapi juga berkaitan dengan kemampuan untuk merumuskan prakarsa perubahan yang konkret. Tahapan BAGJA memberikan kerangka kerja yang sistematis untuk merencanakan dan mengimplementasikan perubahan.

Dengan memahami konsep-konsep tersebut, saya merasa lebih siap dan terlatih untuk menjalankan peran sebagai guru penggerak, yang mampu memimpin perubahan positif dalam dunia pendidikan.

Future (Penerapan)

Setelah menyelesaikan modul 1.3 tentang visi guru penggerak, saya berkomitmen untuk menerapkan dan mewujudkan visi pribadi, yaitu "Menciptakan sekolah yang berpihak pada siswa untuk membentuk insan berkarakter dan memiliki kemampuan abad 21 sesuai dengan profil Pelajar Pancasila." Sebagai langkah konkret, saya akan menerapkan prakarsa perubahan yang telah saya rumuskan, yaitu "Pembentukan karakter peserta didik."

Rencana perubahan ini telah saya susun sesuai dengan tahapan BAGJA, dengan merinci pertanyaan-pertanyaan yang relevan dalam setiap langkahnya. Selanjutnya, saya akan fokus pada pembelajaran yang berpihak pada murid dan menciptakan lingkungan pembelajaran yang nyaman. Rencana ini juga melibatkan inovasi terus-menerus dalam mengembangkan ide-ide baru dalam proses pembelajaran.

Penting untuk mencapai visi dan prakarsa perubahan, oleh karena itu, saya akan aktif berkolaborasi dengan rekan sejawat dan pihak sekolah. Kerjasama ini akan membantu dalam mengimplementasikan rencana perubahan secara lebih efektif dan menyeluruh. Saya juga berencana melaksanakan refleksi pembelajaran secara rutin bersama siswa dan rekan sejawat untuk mendapatkan masukan dan evaluasi yang konstruktif.

Sebagai seorang guru penggerak, saya berkomitmen untuk menjadi teladan di sekolah, mendukung perkembangan karakter siswa, dan selalu berpihak pada kepentingan murid. Melalui upaya bersama dengan seluruh pihak terkait, saya optimis dapat mewujudkan visi dan prakarsa perubahan sebagai kontribusi positif dalam dunia pendidikan.

Demikian refleksi dwi mingguan saya tentang Modul 1.3 mengenai Visi Guru Penggerak. Secara keseluruhan, Modul 1.3 telah memberikan saya wawasan yang berharga dan memotivasi untuk terus berkembang sebagai seorang guru penggerak. Refleksi ini menjadi tonggak penting dalam perjalanan pendidikan saya, dan saya berharap dapat terus mengembangkan diri melalui pembelajaran yang inspiratif ini. Terima kasih dan semoga bermanfaat.

 

Salam Guru Penggerak!

Tergerak, Bergerak, Menggerakkan