Selasa, 14 November 2023

Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 2.2

Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 2.2

PEMBELAJARAN SOSIAL EMOSIONAL

Oleh :
Achmad Falichul Hidayat, S.Kom
SMP Negeri 2 Lamongan
CGP Angkatan 9 Kab. Lamongan, Jawa Timur

Assalamu'alaikum wr.wb
Pada kesempatan ini saya ingin berbagi pengalaman dalam menjalani program pendidikan guru penggerak angkatan 9, dimana sudah hampir mencapai setengah perjalanan dalam program ini atau kurang lebih 13 minggu. Kami telah mempelajari pendekatan M-E-R-D-E-K-A (Mulai dari diri, Elaborasi konsep, Ruang kolaborasi, Demonstrasi kontekstual, Elaborasi pemahaman, Koneksi antar materi, dan Aksi nyata), dan sudah menyelesaikan sekitar setengah dari total modul yang berjumlah sekitar 10 modul dalam program ini.

Pada modul terakhir, kami mendalami konsep kesejahteraan psikologis atau well-being. Kami memahami pentingnya, relevansinya dalam pembelajaran saat ini, dan bagaimana mengimplementasikannya dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari. Kami juga fokus pada penerapan mindfulness secara konsisten di tengah komunitas sekolah. Selain itu, kami mempelajari dan mengimplementasikan penguatan Kompetensi Sosial Emosional (KSE) bagi seluruh anggota sekolah melalui Pembelajaran Sosial Emosional (PSE), baik secara eksplisit maupun terintegrasi ke dalam kurikulum.

Sekarang, saya akan berbagi pengalaman dari jurnal refleksi dwi mingguan modul 2.2, yang membahas Pembelajaran Sosial Emosional dengan model refleksi 4F (Fact, Feeling, Finding, Future) atau dalam bahasa Indonesia, 4P (Peristiwa, Perasaan, Pembelajaran, Penerapan) yang diadaptasi dari konsep Robert Greenaway.
Pertanyaan pemantik refleksi kami adalah sebagai berikut:
  1. Apa yang kami (CGP) amati dalam proses tersebut? (Peristiwa)
  2. Apa yang kami (CGP) rasakan sehubungan dengan proses yang Anda alami? (Perasaan)
  3. Apa yang kami (CGP) pelajari dari proses tersebut? (Pembelajaran)
  4. Apa umpan balik yang kami (CGP) terima? (Pembelajaran)
  5. Apa yang ingin kami (CGP) perbaiki atau tingkatkan untuk dampak yang lebih luas? (Penerapan)
Fakta (Fact)
Alhamdulillah, saya ingin menyampaikan terima kasih kepada Allah SWT karena dengan karunia-Nya, saya berhasil menyelesaikan modul 2.2. Ibu Ninik Widayanti sebagai fasilitator dan Ibu Tri Hendra Puji Astuti sebagai pengajar praktik telah membantu saya secara signifikan.

Sesuai dengan pendekatan MERDEKA, pembelajaran Modul 2.2 dimulai dengan pengenalan diri. Kami diberikan materi dan video melalui LMS serta diberi pertanyaan terkait pengalaman sebagai pendidik dalam konteks sosial dan emosional. Kami merespons dengan cara mengatasi krisis, belajar dari pengalaman tersebut, dan bagaimana kami dapat tumbuh melalui krisis tersebut. Kami juga menjelajahi konsep Kompetensi Sosial Emosional (KSE) melalui tugas-tugas refleksi. Dengan memahami Pembelajaran Sosial Emosional, harapannya adalah:
  1. Menjelaskan urgensi Pembelajaran Sosial dan Emosional untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman dan nyaman, meningkatkan kompetensi akademik, dan kesejahteraan psikologis (well-being).
  2. Menjelaskan konsep Pembelajaran Sosial dan Emosional berdasarkan kerangka kerja CASEL, yang bertujuan untuk mengembangkan 5 Kompetensi Sosial dan Emosional (KSE): kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab.
  3. Mendemonstrasikan pemahaman tentang konsep kesadaran penuh (mindfulness) sebagai dasar pengembangan 5 KSE.
  4. Menjelaskan implementasi Pembelajaran Sosial Emosional di kelas dan sekolah melalui 4 indikator: pengajaran eksplisit, integrasi dalam praktik mengajar dan kurikulum akademik, menciptakan iklim kelas dan budaya sekolah, serta penguatan KSE bagi pendidik dan tenaga kependidikan.
Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE) adalah upaya kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah. Berdasarkan kerangka kerja CASEL, PSE bertujuan mengembangkan 5 KSE. PSE dapat diimplementasikan melalui 4 indikator: pembelajaran eksplisit, integrasi dalam pembelajaran guru dan kurikulum akademik, menciptakan iklim kelas dan budaya sekolah, serta penguatan KSE bagi tenaga pendidik dan tenaga kependidikan.

Untuk mendalami modul tentang pembelajaran berdifrensiasi, kami melakukan tatap muka dengan fasilitator melalui ruang kolaborasi (rukol) dalam 2 sesi: diskusi dan presentasi. Hari rabu, tanggal 8 nopember 2023, merupakan pertemuan pertama di ruang kolaborasi, dimana Ibu Ninik Widayanti selaku fasilitator memberikan pemantapan tentang modul pembelajaran sosial emosional, diikuti dengan diskusi analisis implementasi KSE . Setelah kami diminta untuk mandiri mempelajari modul sebelumnya, kali ini saya berkesempatan berbagi pengalaman dengan rekan guru dalam kelompok pendidikan yang sama. Kesempatan ini saya manfaatkan untuk mendalami pemahaman saya melalui aktivitas kolaboratif, di mana kami saling bertukar ide, mendengarkan gagasan rekan dari kelompok CGP lain, dan berdiskusi untuk mengklarifikasi pemahaman serta miskonsepsi yang mungkin masih ada.

Selanjutnya, saya dan kelompok saya bertanggung jawab untuk menyajikan hasil kolaborasi kami dalam forum kelompok besar, di mana kami dapat saling belajar, berbagi, dan memperkuat pemahaman. Presentasi ini dijadwalkan pada ruang kolaborasi hari kedua, yakni kamis, 9 nopember 2023. Pada kegiatan tersebut, terjadi diskusi yang sangat seru dan menyenangkan, memperkaya pemahaman kita bersama.

Jumat, 10 nopember 2023, merupakan waktu pengerjaan demonstrasi kontekstual. Dimana dalam sesi ini, kami diminta untuk menyusun Rencana Implementasi Pembelajaran Sosial dan Emosional untuk murid di kelas. Rencana ini saya sampaikan melalui Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), yang mencakup implementasi lima kompetensi pembelajaran sosial dan emosional. Dalam penyusunan RPP, saya mempertimbangkan aspek-aspek dalam rubrik penilaian, termasuk tujuan pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian pembelajaran, dan pengintegrasian pembelajaran sosial dan emosional.

Selasa, 14 nopember 2023, merupakan waktu berjumpa dengan instruktur dalam Elaborasi Pemahaman. Instruktur kali ini adalah Bapak Truko Tiyanto. Selama sekitar dua setengah jam, saya menerima penjelasan lebih lanjut dari beliau untuk memperdalam pemahaman saya mengenai Pembelajaran Sosial dan Emosional. Pengalaman ini sungguh luar biasa. Kemudian, kegiatan dilanjutkan dengan mengerjakan tugas koneksi antar materi pada hari rabu, tanggal 15 nopember 2023, adalah saat Koneksi Antar Materi. Dalam sesi ini, saya diminta menjawab beberapa pertanyaan pemantik untuk mengukur sejauh mana pemahaman saya tentang pembelajaran sosial dan emosional. Saya juga diminta mengaitkan hubungan materi pada modul 2.2 dengan modul-modul sebelumnya. Terakhir, pada hari kamis, 16 nopember 2023, menjadi sesi terakhir dari setiap modul, yakni aksi nyata. Di sini, saya diminta untuk mengimplementasikan RPP yang telah saya buat dalam situasi pembelajaran sebenarnya.

Feeling (Perasaan)
Selama sekitar dua minggu mempelajari modul 2.2, saya merasakan berbagai emosi, termasuk kebahagiaan, kesedihan, dan kegembiraan, semuanya bercampur aduk dengan keinginan dan tekad kuat untuk menyelesaikan Program Guru. Banyak perasaan yang muncul, seperti kebahagiaan karena peningkatan ilmu, terutama dalam mengenali dan mengelola emosi agar tidak berdampak negatif pada murid. Sebelumnya, saya merasa bahwa perasaan saya tidak akan mempengaruhi pelaksanaan tugas sebagai guru.

Namun, setelah mempelajari modul ini, saya menyadari pentingnya pemahaman terhadap perasaan murid. Muncul rasa cemas bahwa ketidakmampuan memahami perasaan mereka dapat berdampak pada proses pembelajaran. Saya tidak ingin ketidakmampuan ini mengurangi kualitas hasil pembelajaran yang telah dilaksanakan.

Meskipun sebelumnya saya telah menerapkan pembelajaran Sosial Emosional di sekolah, modul ini memberikan pemahaman yang lebih spesifik tentang konsep ini dan bagaimana mengatur pembelajaran sosial emosional dengan baik. Saya belajar banyak tentang bagaimana menjadi guru yang mampu mengelola sosial emosional, serta menerapkan pembelajaran sosial emosional di lingkungan sekolah.

Semua perasaan dan pengetahuan baru ini menjadi motivasi saya untuk terus meningkatkan kualitas pembelajaran dan interaksi sosial emosional di sekolah. Saya bersyukur telah mengikuti program ini yang membuka wawasan dan memperkaya perjalanan profesi saya sebagai seorang guru.

Finding (Pembelajaran)
Dalam menjalani modul 2.2 tentang pembelajaran sosial emosional, saya meraih banyak ilmu baru. Modul ini mengajarkan bahwa mengenali emosi diri sebelum melakukan tindakan penting, agar tindakan tersebut tidak berdampak buruk pada diri sendiri maupun orang lain. Selain mengenali, kita diajak untuk mengelola emosi agar kembali ke keadaan bahagia. Materi lain yang saya peroleh meliputi kesadaran sosial, keterampilan berelasi, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab. Semua materi tersebut bertujuan menciptakan hubungan yang baik dan positif dengan rekan kerja, murid, dan masyarakat di sekitar.

Beberapa kesimpulan yang saya ambil dari modul ini meliputi:

Pembelajaran Sosial dan Emosional adalah upaya kolaboratif di seluruh komunitas sekolah untuk memberikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap positif tentang 5 Kompetensi Sosial dan Emosional.

Kelima Kompetensi Sosial Emosianal meliputi:
  1. Kesadaran Diri (Self Awareness),
  2. Pengelolaan Diri (Self Management),
  3. Kesadaran Sosial (Social Awareness),
  4. Kemampuan Berinteraksi Sosial (Relationship Skills),
  5. Pengambilan Keputusan Bertanggung Jawab (Responsible Decision-Making).
Kompetensi sosial emosional dapat diaplikasikan di kelas dan sekolah melalui pembelajaran eksplisit atau terintegrasi dalam proses belajar guru dan kurikulum akademik. Selain itu, menciptakan iklim kelas dan budaya sekolah serta penguatan pada tenaga pendidik dan tenaga kependidikan juga merupakan aspek penting.

Implementasi PSE dengan pengajaran eksplisit memastikan murid memiliki kesempatan yang konsisten untuk mengembangkan dan merenungkan kompetensi sosial dan emosional secara sesuai dengan keragaman budaya. Pengajaran eksplisit KSE dapat dilaksanakan dalam kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler.

Untuk mengintegrasikan KSE dalam praktek mengajar guru dan kurikulum akademik, tujuan Kompetensi Sosial Emosional dapat disatukan dengan konten pembelajaran dan strategi pembelajaran pada materi akademik, musik, seni, dan pendidikan jasmani.

Indikator ketiga dalam implementasi pembelajaran sosial dan emosional adalah menciptakan iklim kelas dan budaya sekolah. Lingkungan yang memprioritaskan kualitas relasi antara guru dan murid menjadi faktor kunci dalam menciptakan iklim yang positif. Kualitas relasi ini menciptakan perasaan aman dan nyaman bagi murid untuk mengekspresikan diri mereka.

Pentingnya PSE adalah untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman dan nyaman, memungkinkan seluruh individu di sekolah meningkatkan kompetensi akademik dan kesejahteraan psikologis secara optimal. Program ini menjadi landasan bagi peningkatan kualitas pembelajaran dan interaksi sosial emosional di sekolah, yang saya nilai sebagai suatu kemajuan positif dalam perjalanan profesi saya sebagai guru.

Future (Penerapan)
Dari pemahaman mendalam materi PSE dalam modul 2.2, saya berencana untuk menerapkannya terlebih dahulu dalam lingkup kelas saya di sekolah. Salah satunya adalah dengan memulai pembelajaran melalui teknik Bernafas dengan kesadaran penuh menggunakan metode STOP. Selain itu, saya juga berencana mengintegrasikan kompetensi tersebut dalam setiap sesi pembelajaran, seperti menerapkan kesadaran sosial dalam kegiatan diskusi kelas. Selanjutnya, saya akan menerapkan keterampilan berelasi saat memberikan refleksi atau umpan balik terhadap hasil kerja teman sekelas atau menjelaskan konsep kepada murid dengan menggunakan kata-kata yang positif dan mudah dimengerti.

Demikian refleksi dwi mingguan saya tentang Modul 2.2 yang coba saya ungkapkan dalam jurnal ini mengenai Pembelajaran Sosial Emosional. Semoga jurnal ini dapat menginspirasi dan dapat memberikan manfaat bagi orang lain.  Terima kasih dan semoga bermanfaat.
Wa'alaikumsalam wr.wb

Salam Guru Penggerak!
Tergerak, Bergerak, Menggerakkan

Dokumentasi Kegiatan :

Gambar Rukol sesi 1 : diskusi  (dokpri)

Gambar Rukol sesi 2 : presentasi  (dokpri)

Gambar Rukol akhir sesi (dokpri)

Gambar Elaborasi pemahaman modul 2.2  (dokpri)

Gambar. Elaborasi pemahaman modul 2.2 (dokpri)

Gambar Elaborasi pemahaman modul 2.2 (dokpri)



Senin, 13 November 2023

Mereview Produk - Menjelajahi Kelebihan dan Kekurangan

Mereview Produk - Menjelajahi Kelebihan dan Kekurangan

Dalam era di mana teknologi terus berkembang, kebutuhan untuk membuat keputusan pembelian yang bijak semakin penting. Salah satu cara untuk membantu konsumen dalam proses ini adalah melalui ulasan atau review produk. Sebuah review produk yang baik tidak hanya memberikan informasi, tetapi juga membimbing pembaca menuju keputusan yang tepat berdasarkan kebutuhan dan preferensi mereka.

Sebagai awal, seorang penulis review harus memiliki pemahaman yang mendalam tentang produk yang akan direview. Mempelajari spesifikasi, fitur, dan penggunaan produk secara menyeluruh adalah langkah pertama untuk memberikan ulasan yang informatif. Misalnya, ketika mereview sebuah smartphone, penulis harus tahu tentang sistem operasi, kapasitas baterai, kualitas kamera, dan fitur-fitur unggulan lainnya.

Langkah selanjutnya dalam proses mereview adalah menggunakan produk tersebut secara langsung. Pengalaman praktis dengan produk memungkinkan penulis untuk memberikan wawasan yang lebih mendalam dan akurat. Dalam hal ini, seorang reviewer kamera digital, sebagai contoh, akan mampu berbicara tentang kualitas gambar, performa autofokus, dan kegunaan kamera dalam berbagai kondisi pencahayaan.

Penting untuk menjelaskan konteks penggunaan produk agar pembaca dapat memahami bagaimana produk berfungsi dalam kehidupan nyata. Sebagai contoh, sebuah laptop mungkin memiliki performa yang luar biasa untuk tugas-tugas berat seperti pengeditan video, tetapi mungkin tidak cocok untuk mobilitas sehari-hari karena berat dan ukurannya.

Dalam memberikan ulasan, objektivitas adalah kunci. Menyoroti kelebihan produk adalah langkah penting, tetapi juga harus diimbangi dengan pengakuan terhadap kekurangan. Memberikan kritik secara konstruktif membantu pembaca untuk mendapatkan gambaran yang lebih lengkap dan memahami apakah produk tersebut sesuai dengan kebutuhan mereka.

Penting juga untuk membandingkan produk dengan pesaing sejenis. Hal ini memberikan konteks lebih lanjut dan membantu pembaca memahami posisi produk dalam pasar. Sebagai contoh, dalam mereview smartphone, penulis dapat membandingkan kinerja, harga, dan fitur dengan smartphone lain dalam rentang harga yang sama.

Struktur esai mereview produk harus jelas dan terorganisir. Mulai dari pengenalan produk, lanjutkan dengan pengalaman pengguna, kelebihan, kekurangan, dan akhirnya, kesimpulan serta rekomendasi. Penggunaan gambar, video, atau grafik juga dapat meningkatkan pemahaman pembaca.

Akhirnya, sebuah review harus mempertimbangkan audiens target. Apakah produk ini ditujukan untuk pengguna umum atau ahli di bidang tersebut? Bahasa dan pendekatan penulisan harus sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman target pembaca.

Dengan mengikuti langkah-langkah ini, sebuah esai mereview produk dapat menjadi panduan yang berguna bagi konsumen yang mencari informasi yang jelas dan dapat diandalkan sebelum membuat keputusan pembelian. Mereview produk adalah seni yang memadukan fakta, pengalaman pribadi, dan pemikiran analitis untuk memberikan pemahaman yang holistik tentang suatu produk.

Contoh review produk #1:

Judul: "Prestasi Tinggi dan Desain Elegan - Review Smartphone X123"

Pahami Produknya: Smartphone X123, yang dirilis bulan lalu, merupakan produk terbaru dari perusahaan terkenal Y-Tech. Dengan prosesor terbaru dan kamera canggih, ini menjanjikan pengalaman pengguna yang luar biasa.

Gunakan Produk Tersebut: Sebagai pengguna sehari-hari, saya telah menggunakan Smartphone X123 selama tiga minggu untuk pekerjaan sehari-hari, fotografi, dan hiburan.

Jelaskan Konteks Penggunaan: Smartphone ini sangat responsif dalam penggunaan sehari-hari, terutama saat multitasking. Kamera berkualitas tinggi membuatnya sempurna untuk fotografi dan merekam video, bahkan dalam kondisi cahaya rendah.

Berikan Pendapat yang Objektif: Kelebihannya termasuk desain premium, layar vibrant, dan baterai tahan lama. Namun, speaker terasa sedikit kurang kuat untuk penggunaan multimedia intensif.

Bandingkan dengan Produk Sejenis: Dibandingkan dengan smartphone sekelasnya, Smartphone X123 menonjol dalam hal kualitas kamera dan daya tahan baterai.

Tulis Dengan Jelas dan Terstruktur: Review dibagi menjadi bagian kelebihan, kekurangan, performa, dan kesimpulan untuk memudahkan pembaca dalam menavigasi.

Sertakan Foto dan Video: Sertakan beberapa foto yang diambil dengan kamera smartphone dan video singkat yang menunjukkan antarmuka pengguna dan kinerja aplikasi.

Perhatikan Target Pembaca: Review diformat untuk konsumen umum dengan menyediakan informasi teknis yang cukup untuk memberikan gambaran umum.

Berikan Skor atau Rating: Beri skor atau rating, misalnya, 4,5/5, untuk mencerminkan penilaian keseluruhan.

Sertakan Informasi Garansi dan Dukungan: Sertakan informasi tentang garansi, kebijakan pengembalian, dan dukungan pelanggan dari Y-Tech.

Berikan Rekomendasi Akhir: Kesimpulan menyatakan bahwa Smartphone X123 sangat direkomendasikan untuk mereka yang mencari kombinasi desain premium, performa tinggi, dan kamera berkualitas tinggi.

Semoga contoh ini memberikan gambaran tentang cara merinci review produk dengan baik. Ingatlah untuk tetap obyektif dan menyediakan informasi yang dapat membantu pembaca membuat keputusan yang informasional.

Contoh review produk #2:

Judul Review: Performa Unggul dan Kamera Canggih pada Smartphone X

Pendahuluan: Saya telah menggunakan smartphone X selama sebulan terakhir dan ingin berbagi pengalaman saya dengan produk ini. Smartphone X dihargai sebagai perangkat premium, dan dalam review ini, saya akan membahas kelebihan, kekurangan, dan kesan keseluruhan saya.

Kelebihan

  1. Performa Tinggi: Prosesor yang kuat dan RAM yang besar membuat multitasking lancar dan responsif. Saya dapat menjalankan aplikasi berat tanpa mengalami lag.
  2. Kualitas Kamera yang Luar Biasa: Kamera utama 48MP menghasilkan gambar yang tajam dan jelas, bahkan dalam kondisi cahaya rendah. Mode malam pada kamera juga memberikan hasil yang memuaskan.
  3. Desain Premium: Bahan-bahan berkualitas tinggi dan desain yang elegan memberikan kesan premium pada smartphone ini. Layar AMOLED memberikan tampilan yang indah dan warna yang tajam.
  4. Baterai Tahan Lama: Meskipun layar yang besar, baterai 4000mAh memberikan daya tahan yang luar biasa. Saya dapat menggunakan smartphone ini sepanjang hari tanpa perlu khawatir tentang kehabisan baterai.
  5. Antarmuka Pengguna yang Bersih: Antarmuka pengguna yang bersih dan mudah dinavigasi membuat pengalaman pengguna sangat menyenangkan. Tidak ada bloatware yang mengganggu.

Kekurangan

  1. Harga yang Tinggi: Harganya di tingkat premium, mungkin tidak sesuai dengan anggaran semua orang.
  2. Berat: Smartphone ini agak berat, terutama jika digunakan dalam jangka waktu yang lama.

Kesimpulan:

Smartphone X adalah pilihan yang sangat baik bagi mereka yang mencari performa tinggi dan kualitas kamera yang luar biasa. Meskipun memiliki beberapa kekurangan, kelebihan produk ini jelas melampaui. Jika anggaran Anda memungkinkan, smartphone X layak dipertimbangkan untuk pengalaman smartphone yang mewah dan canggih.

Skor: 4.5/5

Contoh di atas mencakup beberapa aspek utama dari sebuah review produk, seperti kelebihan, kekurangan, kesan keseluruhan, dan rekomendasi akhir dengan memberikan skor. Anda dapat mengadaptasi struktur dan konten ini untuk membuat review produk sesuai dengan kebutuhan Anda.

Contoh review produk #3:

Judul Review: Canon EOS XYZ - Pengalaman Pengguna yang Memuaskan

Pahami Produknya: Canon EOS XYZ adalah kamera digital full-frame dengan resolusi tinggi dan berbagai fitur canggih.

Gunakan Produk Tersebut: Saya telah menggunakan kamera ini selama enam bulan terakhir untuk berbagai keperluan, termasuk fotografi lanskap dan potret.

Jelaskan Konteks Penggunaan: Saya menggunakan kamera ini dalam berbagai kondisi cahaya dan cuaca, dari pemotretan di bawah sinar matahari terik hingga pengambilan gambar dalam kondisi cahaya rendah.

Berikan Pendapat yang Objektif: Kelebihan: Kualitas gambar luar biasa, bahkan dalam kondisi cahaya rendah. Sistem autofokus sangat cepat dan akurat. Desain ergonomis membuatnya nyaman digunakan dalam waktu yang lama.

Kekurangan: Harganya agak tinggi dibandingkan dengan pesaing sekelasnya. Ukuran dan beratnya mungkin menjadi tantangan bagi beberapa pengguna yang lebih mobile.

Bandingkan dengan Produk Sejenis: Dibandingkan dengan kamera sekelasnya, Canon EOS XYZ memberikan nilai tambah dengan sensor full-frame yang lebih besar dan kinerja autofokus yang lebih cepat.

Tulis Dengan Jelas dan Terstruktur:
Bagian 1: Pengenalan dan Spesifikasi
Bagian 2: Pengalaman Pengguna
Bagian 3: Kelebihan dan Kekurangan
Bagian 4: Kesimpulan dan Rekomendasi

Sertakan Foto dan Video: Sertakan beberapa contoh foto yang diambil dengan kamera tersebut, serta video demonstrasi fungsi-fungsi utama.

Perhatikan Target Pembaca: Review ini ditujukan untuk fotografer amatir hingga profesional yang mencari kamera dengan kualitas tinggi dan fitur canggih.

Berikan Skor atau Rating: 9/10 - Sebuah kamera yang luar biasa dengan performa tinggi, meskipun dengan harga yang cukup tinggi.

Sertakan Informasi Garansi dan Dukungan: Sertakan informasi mengenai garansi produk dan kemudahan mendapatkan dukungan teknis dari Canon.

Berikan Rekomendasi Akhir: Saya sangat merekomendasikan Canon EOS XYZ kepada mereka yang mencari kamera full-frame dengan kualitas gambar yang istimewa dan performa autofokus yang handal.

Dengan struktur seperti ini, review menjadi lebih informatif dan mudah dipahami oleh pembaca yang mungkin tengah mencari informasi untuk membuat keputusan pembelian.

Aktor Utama dalam Sebuah Diskusi Kelompok

Aktor Utama dalam Sebuah Diskusi Kelompok

Dalam sebuah diskusi kelompok, terdapat beberapa peran atau aktor yang berperan dalam menjalankan proses diskusi. Berikut adalah beberapa aktor utama dalam sebuah diskusi kelompok beserta deskripsi tugasnya:

Moderator/Fasilitator/Pemimpin Diskusi:
Deskripsi Tugas: Bertanggung jawab untuk memfasilitasi dan mengarahkan jalannya diskusi. Moderator harus memastikan agar semua anggota kelompok memiliki kesempatan untuk berbicara, menjaga keteraturan, dan memastikan tujuan diskusi tercapai.

Notulis/Recorder:
Deskripsi Tugas: Bertanggung jawab untuk mencatat poin-poin penting yang dibahas selama diskusi. Notulis juga dapat membuat catatan pertemuan atau ringkasan hasil diskusi untuk referensi kelompok di masa mendatang.

Pembahas Utama:
Deskripsi Tugas: Bertugas membawakan atau memperkenalkan topik utama yang akan dibahas dalam diskusi. Pembahas utama harus memastikan bahwa informasi yang disajikan jelas dan relevan, serta dapat menjadi dasar bagi diskusi lebih lanjut.

Pemberi Argumen atau Pendukung:
Deskripsi Tugas: Bertanggung jawab untuk menyajikan argumen atau informasi pendukung terkait topik yang sedang dibahas. Tugas mereka adalah memberikan pemahaman lebih lanjut atau sudut pandang yang mendukung diskusi.

Pemantau Waktu/ Time Keeper:
Deskripsi Tugas: Bertanggung jawab untuk mengatur dan mengawasi waktu agar diskusi berjalan sesuai jadwal. Waktu keeper memastikan setiap topik dibahas dalam batas waktu yang telah ditentukan.

Pendukung/Pendengar:

Deskripsi Tugas: Memerhatikan dengan cermat apa yang dibicarakan oleh anggota lain. Pendukung mendukung ide-ide yang disampaikan oleh anggota lain, memberikan umpan balik positif, dan membantu menciptakan lingkungan yang terbuka dan kolaboratif.

Pengkritik/Kritikus Positif:
Deskripsi Tugas: Menyajikan pandangan kritis secara konstruktif. Pemikir kritis membantu menyempurnakan ide-ide dengan memberikan masukan yang membangun tanpa membuat anggota kelompok merasa tertekan atau dihakimi.

Anggota Kelompok:
Deskripsi Tugas: Berpartisipasi aktif dalam diskusi, menyumbangkan ide, mengajukan pertanyaan, dan memberikan umpan balik terhadap ide-ide anggota lainnya. Tanggung jawab utama anggota kelompok adalah berkontribusi untuk mencapai tujuan diskusi.

Facilitator/Koordinator:
Deskripsi Tugas: Menjadi perantara antara anggota kelompok dan memastikan bahwa semua orang memiliki peluang untuk berbicara. Facilitator juga dapat membantu mengatasi konflik dan menjaga atmosfer positif.

Presenter/Penyaji:
Deskripsi Tugas: 

  • Persiapan Materi: Presenter bertanggung jawab untuk mempersiapkan materi presentasi dengan cermat. Ini mencakup penelitian mendalam, pengumpulan informasi yang relevan, dan penyusunan materi agar dapat disajikan secara sistematis.
  • Penyusunan Struktur Presentasi: Presenter harus merencanakan dan menyusun struktur presentasi agar logis dan mudah dipahami. Ini termasuk memulai dengan pengantar, menyajikan pokok pembahasan secara terstruktur, dan menyimpulkan dengan ringkasan yang kuat.
  • Berbicara dengan Jelas dan Menarik: Tugas utama presenter adalah menyampaikan informasi dengan jelas dan menarik agar dapat dipahami oleh anggota kelompok. Ini melibatkan penggunaan bahasa yang tepat, intonasi yang bervariasi, dan keterlibatan audiens.
  • Menggunakan Materi Pendukung: Presenter dapat menggunakan alat bantu visual, seperti slide presentasi, grafik, atau materi pendukung lainnya untuk memperkuat pesan yang disampaikan. Tugas mereka adalah menggunakan materi ini dengan efektif dan memastikan bahwa tidak mengalihkan perhatian dari materi utama.
  • Menjawab Pertanyaan: Setelah presentasi, presenter mungkin dihadapkan pada pertanyaan dari anggota kelompok. Tugas mereka adalah menjawab pertanyaan tersebut dengan jelas dan, jika perlu, merinci atau memberikan klarifikasi lebih lanjut.
  • Memfasilitasi Diskusi: Presenter dapat memainkan peran dalam memulai atau memfasilitasi diskusi setelah presentasi. Ini dapat melibatkan mengajukan pertanyaan kepada anggota kelompok untuk merangsang perbincangan lebih lanjut atau mengarahkan diskusi ke topik tertentu.
  • Menjaga Kesesuaian dengan Tujuan Diskusi: Presenter harus memastikan bahwa presentasinya selaras dengan tujuan diskusi kelompok. Materi yang disajikan seharusnya relevan dan mendukung pemahaman anggota kelompok tentang topik yang dibahas.
  • Menjaga Waktu: Presenter perlu memperhatikan waktu agar tidak melebihi batas waktu yang telah ditetapkan untuk presentasi. Ini membantu menjaga efisiensi dalam jalannya diskusi kelompok.

Setiap anggota kelompok dapat memiliki kombinasi dari peran-peran ini, tergantung pada dinamika dan kebutuhan spesifik dari diskusi tersebut. Seiring berjalannya waktu, peran dapat bergeser tergantung pada perkembangan diskusi dan kebutuhan kelompok.

Literasi Siswa dalam Mata Pelajaran Informatika

 Literasi Siswa dalam Mata Pelajaran Informatika

Literasi siswa dalam mata pelajaran informatika di SMP mencakup berbagai aspek keterampilan dan pemahaman yang berkaitan dengan dunia teknologi, pemrograman, penggunaan perangkat lunak, dan literasi digital. Berikut adalah beberapa aspek literasi siswa dalam mata pelajaran informatika di SMP:

  1. Pemahaman Konsep Informatika: Siswa memahami konsep-konsep dasar informatika seperti algoritma, struktur data, logika pemrograman, dan dasar-dasar jaringan komputer.
  2. Kemampuan Pemecahan Masalah: Siswa mampu menerapkan pemikiran logis dan kritis untuk memecahkan masalah yang melibatkan konsep informatika, seperti menemukan bug dalam kode atau merancang algoritma sederhana.
  3. Keterampilan Pemrograman: Siswa memiliki keterampilan dasar dalam pemrograman komputer, termasuk pemahaman sintaks dasar, struktur kendali, dan penggunaan variabel.
  4. Penggunaan Perangkat Lunak: Siswa dapat menggunakan berbagai perangkat lunak dan aplikasi informatika untuk tujuan pengolahan data, presentasi, dan proyek-proyek kreatif.
  5. Literasi Digital: Siswa memahami konsep literasi digital, termasuk etika digital, keamanan online, dan bagaimana menggunakan teknologi dengan bijaksana.
  6. Penggunaan Teknologi dalam Pembelajaran: Siswa dapat menggunakan teknologi sebagai alat pembelajaran, termasuk mencari informasi online, berpartisipasi dalam platform pembelajaran digital, dan membuat presentasi atau proyek menggunakan alat-alat digital.
  7. Kreativitas dalam Proyek Digital: Siswa menunjukkan kreativitas dalam merancang dan mengembangkan proyek digital, seperti pembuatan situs web sederhana, aplikasi kecil, atau presentasi multimedia.
  8. Pemahaman Tren Teknologi: Siswa mengikuti perkembangan teknologi terkini dan memahami tren yang mungkin memengaruhi dunia teknologi dan masyarakat secara umum.
  9. Kemampuan Berkolaborasi: Siswa dapat bekerja secara kolaboratif dalam proyek-proyek tim yang melibatkan aspek-aspek informatika, seperti pengembangan perangkat lunak atau presentasi digital.
  10. Kemampuan Menganalisis Masalah Teknologi: Siswa mampu menganalisis masalah atau tantangan teknologi yang muncul, dan mencari solusi atau pengembangan yang dapat diterapkan.
  11. Keterampilan Mengelola Informasi: Siswa dapat mencari, menilai, dan menggunakan informasi dari berbagai sumber secara kritis dan efektif.
  12. Partisipasi dalam Komunitas Digital: Siswa dapat berpartisipasi dalam komunitas online atau forum diskusi yang berkaitan dengan mata pelajaran informatika, berbagi ide, dan mendiskusikan topik-topik teknis.

Literasi siswa dalam mata pelajaran informatika tidak hanya mencakup pemahaman konsep-konsep teknis, tetapi juga keterampilan penggunaan teknologi secara bijaksana, kreativitas, dan kemampuan untuk beradaptasi dengan perkembangan teknologi yang terus berubah. Dengan literasi informatika yang kokoh, siswa dapat mempersiapkan diri untuk menghadapi tantangan dunia digital yang terus berkembang.

Penerapan literasi ke siswa

Penerapan literasi ke siswa dalam mata pelajaran informatika di SMP dapat mencakup beberapa kegiatan dan produk yang mencerminkan pemahaman mereka tentang konsep informatika, keterampilan pemecahan masalah, dan literasi digital. Berikut adalah contoh bentuk penerapan literasi dan produk yang dihasilkan dalam konteks mata pelajaran informatika:

1. Penulisan Laporan atau Esai:

Kegiatan Literasi:

  • Siswa membaca artikel atau sumber daya online tentang perkembangan terkini di bidang teknologi atau topik informatika tertentu.
  • Menganalisis dan merangkum informasi yang relevan.

Produk Literasi: Laporan atau esai yang mencerminkan pemahaman siswa tentang isu-isu terkini di bidang informatika dan dampaknya.

2. Proyek Penelitian Teknologi:

Kegiatan Literasi:

  • Siswa memilih topik penelitian di bidang teknologi atau aplikasi informatika.
  • Melakukan penelitian online, membaca artikel ilmiah, dan mengevaluasi berbagai sumber daya.

Produk Literasi: Poster, presentasi, atau laporan penelitian yang menyajikan temuan dan analisis siswa tentang topik teknologi yang mereka teliti.

3. Presentasi Mengenai Tren Teknologi:

Kegiatan Literasi:

  • Siswa membaca dan merangkum informasi tentang tren teknologi terbaru.
  • Mempersiapkan presentasi untuk disampaikan kepada teman sekelas.

Produk Literasi: Presentasi lisan yang mencakup pemahaman siswa tentang tren teknologi, implikasinya, dan tanggapannya terhadap perkembangan tersebut.

4. Analisis Aplikasi atau Perangkat Lunak:

Kegiatan Literasi:

  • Siswa membaca panduan dan dokumentasi aplikasi atau perangkat lunak tertentu.
  • Menganalisis fitur-fitur, fungsi, dan potensi masalah.

Produk Literasi: Laporan analisis atau panduan pengguna yang mencerminkan pemahaman siswa tentang aplikasi atau perangkat lunak tersebut.

5. Pembuatan Blog Teknologi:

Kegiatan Literasi:

  • Siswa membaca berbagai sumber daya online, artikel, dan blog tentang teknologi.
  • Mengevaluasi informasi dan menyusun pemikiran pribadi.

Produk Literasi: Blog pribadi atau posting online yang mencerminkan pemahaman siswa tentang topik informatika dan teknologi.

6. Permainan Edukasi Teknologi:

Kegiatan Literasi: 

  • Siswa merancang permainan edukasi yang melibatkan konsep informatika atau pemecahan masalah teknologi.
  • Mengembangkan aturan permainan dan objektif pembelajaran.

Produk Literasi: Permainan atau aplikasi edukatif yang mencerminkan pemahaman siswa tentang konsep informatika dan teknologi.

7. Partisipasi dalam Komunitas Online:

Kegiatan Literasi:

  • Siswa membaca dan berpartisipasi dalam forum online atau komunitas diskusi tentang teknologi.
  • Menilai berbagai pandangan dan berkontribusi pada diskusi.

Produk Literasi: Kiriman online atau artikel pendek yang mencerminkan pemahaman siswa tentang isu-isu terkini di dunia teknologi.

8. Kolaborasi dalam Proyek Pengembangan Perangkat Lunak Sederhana:

Kegiatan Literasi:

  • Siswa membaca dan memahami spesifikasi proyek perangkat lunak sederhana.
  • Berkolaborasi dalam tim untuk mengembangkan perangkat lunak tersebut.

Produk Literasi: Perangkat lunak yang dihasilkan sebagai hasil kolaborasi tim, dan dokumentasi pengembangan proyek.

Penerapan literasi dalam konteks mata pelajaran informatika dapat mencakup berbagai jenis produk yang melibatkan pemahaman siswa tentang konsep-konsep teknologi, keterampilan pemecahan masalah, dan kemampuan literasi digital. Produk-produk ini juga mencerminkan bagaimana siswa dapat mengaplikasikan pengetahuan mereka dalam bentuk konkret yang dapat dihasilkan dan dinilai.

Program Literasi Sekolah dan Penerapannya

Program Literasi Sekolah dan Penerapannya

Apa itu program literasi sekolah? Bagaimana penerapannya ke siswa?

Program literasi sekolah adalah inisiatif pendidikan yang dirancang untuk meningkatkan tingkat literasi siswa di tingkat sekolah. Program ini tidak hanya berfokus pada kemampuan membaca dan menulis, tetapi juga mencakup pemahaman teks, keterampilan berpikir kritis, dan kemampuan berkomunikasi secara efektif. Tujuan utama dari program literasi sekolah adalah memberikan dasar yang kuat bagi kemampuan literasi siswa di semua mata pelajaran dan membekali mereka dengan keterampilan yang diperlukan untuk sukses dalam kehidupan.

Komponen Umum Program Literasi Sekolah:

1. Pembelajaran Membaca dan Menulis:
  • Pengembangan keterampilan membaca dengan pemahaman.
  • Peningkatan keterampilan menulis, termasuk penulisan naratif, ekspositori, dan argumentatif.

2. Pemahaman Teks:

  • Pelatihan dalam menganalisis dan menafsirkan berbagai jenis teks, termasuk prosa, puisi, dan sumber-sumber nonfiksi.
  • Pemahaman strategi membaca, seperti merinci informasi, membuat inferensi, dan mengidentifikasi gagasan utama.

3. Kemampuan Berpikir Kritis:

  • Pemberdayaan siswa untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis melalui pemecahan masalah, analisis, dan evaluasi.
  • Pelatihan dalam mempertanyakan informasi, membedakan antara fakta dan opini, dan membuat penilaian yang berbasis bukti.

4. Kemampuan Berbicara dan Mendengarkan:

  • Fokus pada pengembangan kemampuan berbicara secara efektif, termasuk presentasi lisan dan berpartisipasi dalam diskusi.
  • Pelatihan dalam keterampilan mendengarkan, termasuk memahami inti pesan dan merespons dengan tepat.

5. Penggunaan Teknologi dalam Literasi:

  • Integrasi teknologi untuk meningkatkan pembelajaran literasi, seperti penggunaan perangkat lunak pembelajaran, sumber daya online, dan platform kolaboratif.
  • Pemahaman tentang literasi digital dan etika dalam penggunaan teknologi.

Penerapan ke Siswa:

1. Penilaian Awal:

  • Evaluasi tingkat literasi siswa melalui tes awal atau pengukuran lainnya untuk menentukan tingkat pemahaman dan keterampilan mereka.

2. Differensiasi Instruksi:

  • Penyesuaian metode pengajaran dan materi untuk memenuhi kebutuhan individu siswa, termasuk mereka yang memiliki tingkat literasi yang beragam.

3. Pengembangan Program Bacaan:

  • Mendorong minat membaca dengan menyediakan akses ke koleksi buku yang beragam dan relevan.
  • Mengimplementasikan program bacaan yang merangsang minat dan mempromosikan budaya membaca.

4. Model Pembelajaran Literasi:

  • Membuat lingkungan di kelas yang mendukung model pembelajaran literasi, dengan guru yang menunjukkan keterampilan membaca dan menulis secara aktif.
  • Mendorong siswa untuk berpartisipasi dalam aktivitas literasi, seperti mengorganisir klub buku atau penyelenggaraan acara membaca.

5. Pelatihan Guru:

  • Memberikan pelatihan kepada guru untuk meningkatkan keterampilan mereka dalam mendukung perkembangan literasi siswa.
  • Mendorong kolaborasi antara guru untuk bertukar praktik terbaik dan strategi pengajaran yang berhasil.

6. Pemantauan dan Evaluasi:

  • Melakukan pemantauan terus-menerus terhadap kemajuan literasi siswa melalui evaluasi formatif dan sumatif.
  • Menggunakan data hasil evaluasi untuk mengidentifikasi area yang memerlukan perhatian lebih lanjut dan peningkatan program.

Program literasi sekolah dirancang untuk menjadi holistik, mencakup berbagai aspek pembelajaran literasi dan memberikan dukungan kontinu kepada siswa. Penerapannya membutuhkan kerjasama antara guru, siswa, orang tua, dan pihak-pihak terkait untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang mendukung perkembangan literasi yang kokoh pada setiap tingkatan sekolah. 

Contoh produk literasi siswa :

1. Puisi atau Karya Sastra: Siswa dapat menulis puisi atau karya sastra yang mencerminkan pemahaman mendalam tentang elemen-elemen sastra, penggunaan bahasa yang efektif, dan interpretasi kreatif terhadap topik tertentu.

2. Laporan Penelitian atau Esei: Siswa menulis laporan penelitian atau esei yang menunjukkan kemampuan mereka dalam mencari, menganalisis, dan mensintesis informasi dari berbagai sumber.

3. Presentasi Lisan: Siswa menyampaikan presentasi lisan mengenai topik tertentu, menunjukkan kemampuan berbicara dengan percaya diri, organisasi ide, dan penggunaan bahasa yang sesuai.

4. Proyek Jurnalisme: Siswa membuat artikel jurnalisme atau laporan berita yang mencakup wawancara, investigasi, dan penyelidikan terhadap suatu isu atau peristiwa.

5. Buku atau Novel Mini: Siswa menulis buku atau novel mini yang menggambarkan cerita atau konsep tertentu, menunjukkan pemahaman akan struktur naratif dan pengembangan karakter.

6. Buku Jurnal atau Blog atau Posting Online: Siswa mengelola blog atau membuat posting online yang mencakup tulisan reflektif, ulasan buku, atau pemikiran tentang topik-topik tertentu.

7. Komik Edukatif: Siswa membuat komik yang menggabungkan narasi, gambar, dan dialog untuk menyampaikan informasi atau cerita dengan cara yang menarik.

8. Portofolio Pribadi: Siswa menyusun portofolio literasi pribadi yang mencakup kumpulan tulisan, proyek, dan hasil karya literasi lainnya selama satu periode tertentu.

9. Drama atau Pertunjukan Teater: Siswa menulis dan menyajikan skenario drama atau pertunjukan teater yang menunjukkan pemahaman akan elemen dramatik dan keterampilan berbicara di depan umum.

10. Majalah Sekolah atau Karya Seni Literasi: Siswa berkolaborasi untuk menciptakan majalah sekolah atau karya seni literasi yang mencakup berbagai bentuk literasi, seperti cerpen, puisi, dan ilustrasi.

11. Buku Ilustrasi Anak-anak: Siswa menulis dan mengilustrasikan buku anak-anak yang mengajarkan nilai-nilai moral atau memberikan pemahaman baru tentang suatu konsep.

12. Debat atau Forum Diskusi: Siswa berpartisipasi dalam debat atau forum diskusi, menunjukkan kemampuan menyusun argumen, menyampaikan pendapat, dan merespons pandangan orang lain.

13. Proyek Penyelidikan Multimedia: Siswa menciptakan proyek penyelidikan multimedia yang menggunakan video, suara, dan teks untuk menyajikan temuan penelitian atau cerita.

14. Podcast Pendidikan: Siswa membuat podcast pendidikan yang mencakup wawancara, opini, atau konten pendidikan lainnya.

15. Pameran Seni Literasi: Siswa menyelenggarakan pameran seni literasi yang mencakup karya tulis, seni visual, dan proyek literasi lainnya untuk dipamerkan di sekolah atau di lingkungan masyarakat.

16. Penyusunan Panduan Bacaan: Siswa menyusun panduan bacaan atau rekomendasi buku yang mencakup analisis, review, dan rekomendasi berdasarkan preferensi pembaca.

17. Rancangan Kampanye Literasi: Siswa merancang kampanye literasi yang mencakup kegiatan promosi membaca, perencanaan acara, dan materi pemasaran untuk meningkatkan minat membaca di sekolah atau komunitas.

18. Rancangan Situs Web Edukasi: Siswa merancang situs web yang berisi informasi dan analisis mengenai topik literasi atau teks tertentu.

19. Peta Konsep atau Diagram Mind Map: Siswa membuat peta konsep atau diagram mind map untuk merepresentasikan hubungan antaride, tema, dan konsep dalam suatu teks atau materi pembelajaran.

20. Permainan Kata atau Kuis Literasi: Siswa merancang permainan kata atau kuis literasi untuk melibatkan teman-teman sekelas mereka. Ini mencerminkan kreativitas dan pemahaman mereka tentang konsep-konsep literasi.

21. Esai Argumentatif: Siswa menulis esai yang menyajikan argumen yang terorganisir dan didukung oleh bukti konkret. Esai ini menunjukkan kemampuan mereka untuk menyusun argumen yang kohesif dan menggunakan bukti untuk mendukung pendapat mereka.

22. Proyek Penelitian: Siswa melakukan proyek penelitian yang melibatkan pemilihan topik, pengumpulan informasi, dan penyajian hasil penelitian mereka. Ini mencerminkan kemampuan mereka dalam mencari informasi, mengevaluasi sumber, dan menyajikan temuan secara sistematis.

Produk-produk ini tidak hanya menunjukkan kemahiran literasi siswa tetapi juga memungkinkan mereka untuk mengekspresikan diri mereka dengan cara yang kreatif dan bermakna. Selain itu, produk-produk ini dapat digunakan sebagai alat penilaian yang baik untuk mengukur perkembangan literasi siswa secara holistik.

Semoga bermanfaat.

Literasi dan Numerasi : Fondasi Penting dalam Pendidikan Modern

Literasi dan Numerasi : Fondasi Penting dalam Pendidikan Modern

Literasi dan numerasi adalah dua keterampilan fundamental yang sangat penting bagi siswa di era ini. Baik literasi maupun numerasi memiliki peran krusial dalam membentuk kesuksesan pendidikan, pengembangan pribadi, dan persiapan untuk mengatasi tantangan masa depan. 

Dari segi definisi, literasi bisa diartikan keterampilan membaca, menulis, dan memahami informasi. Ini melibatkan kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif melalui kata-kata, baik secara lisan maupun tertulis. Dalam konteks modern, literasi juga mencakup literasi media dan literasi digital, yaitu kemampuan untuk memahami dan menggunakan informasi dalam format media yang berbeda, termasuk di dunia digital. Sedangkan numerasi adalah kemampuan menggunakan dan memahami angka serta konsep-konsep matematika. Ini melibatkan kemampuan untuk melakukan perhitungan, memecahkan masalah matematis, dan mengenali pola-pola angka. Numerasi mencakup pemahaman terhadap keterkaitan konsep matematika dengan kehidupan sehari-hari.

Berikut adalah beberapa alasan mengapa literasi dan numerasi sangat penting bagi siswa saat ini:

1. Landasan Utama Pendidikan:
Literasi dan numerasi adalah landasan utama untuk membuka pintu kesuksesan di dunia pendidikan. Kemampuan membaca dan memahami teks, serta kemampuan matematika, menjadi dasar untuk menguasai mata pelajaran lainnya. Tanpa literasi dan numerasi yang kuat, siswa mungkin menghadapi kesulitan dalam memahami materi pelajaran dan mengatasi ujian akademis. 

2. Keterampilan Hidup Sehari-hari:
Baik di sekolah maupun di kehidupan sehari-hari, literasi dan numerasi menjadi keterampilan yang diperlukan. Dalam kehidupan sehari-hari, kemampuan membaca diperlukan untuk memahami petunjuk, informasi produk, dan dokumen-dokumen penting lainnya. Pemahaman numerasi, di sisi lain, diperlukan untuk mengelola anggaran, mengukur bahan, dan membuat keputusan berdasarkan data.

3. Persiapan untuk Pekerjaan:
Di dunia kerja modern, literasi dan numerasi merupakan keterampilan esensial. Kemampuan membaca dengan pemahaman dan pemahaman numerasi memungkinkan seseorang untuk memahami instruksi pekerjaan, berkomunikasi secara efektif, dan menyelesaikan tugas-tugas yang melibatkan konsep-konsep matematika dasar. Keterampilan ini sangat dicari oleh pengusaha di berbagai sektor.

4. Penelitian dan Kritis Berpikir:
Literasi membuka pintu untuk penelitian yang efektif. Kemampuan membaca dengan pemahaman memungkinkan siswa untuk mengevaluasi sumber informasi, memilah fakta dari opini, dan mengembangkan keterampilan kritis berpikir. Pemahaman numerasi juga memainkan peran penting dalam kemampuan siswa untuk menganalisis data, membuat keputusan berbasis angka, dan memecahkan masalah matematis.

5. Pemahaman Digital:
Dalam era digital, literasi tidak hanya terbatas pada keterampilan membaca tradisional. Literasi digital, yang mencakup kemampuan memahami, mengevaluasi, dan menggunakan informasi secara online, semakin menjadi keterampilan yang sangat penting. Siswa perlu menguasai literasi digital untuk berpartisipasi dengan bijaksana di dunia online yang terus berkembang.

6. Kompetensi Global:
Kemampuan membaca, menulis, dan memahami informasi serta kemampuan matematika tidak hanya penting di tingkat lokal, tetapi juga di tingkat global. Siswa yang memiliki literasi dan numerasi yang kuat lebih mampu bersaing di pasar global, berkolaborasi dengan individu dari berbagai budaya, dan berpartisipasi dalam tantangan-tantangan global.

7. Pengembangan Karakter:
Literasi dan numerasi juga berkontribusi pada pengembangan karakter siswa. Keterampilan ini membentuk ketekunan, tanggung jawab, dan rasa percaya diri. Siswa yang merasa percaya diri dalam membaca dan memahami konsep matematika lebih cenderung memiliki sikap positif terhadap belajar dan mengatasi hambatan-hambatan pendidikan.

8. Pemecahan Masalah Sehari-hari:
Literasi dan numerasi memainkan peran penting dalam pemecahan masalah sehari-hari. Siswa yang memiliki keterampilan ini lebih mampu mengatasi tantangan sehari-hari, seperti memecahkan masalah keuangan, memahami informasi medis, atau merencanakan rute perjalanan. Contoh nyatanya adalah sebagai berikut:
Literasi:
1. Membaca Instruksi:
Contoh: Seorang ibu rumah tangga membaca instruksi pada kemasan produk makanan untuk memastikan cara memasak yang benar dan tanggal kedaluwarsa.
2. Evaluasi Informasi Kesehatan:
Contoh: Seseorang membaca artikel kesehatan online untuk memahami gejala penyakit dan memeriksa keandalan sumber informasi tersebut.
3. Penyusunan Rencana Perjalanan:
Contoh: Seorang pelancong membaca panduan perjalanan untuk merencanakan rute, mengevaluasi penginapan, dan memahami aturan keamanan di tempat tujuan.
4. Analisis Berita:
Contoh: Seorang individu membaca berita dari berbagai sumber untuk mendapatkan sudut pandang yang lebih luas dan mengevaluasi keberimbangan dan objektivitas informasi.
5. Penulisan Resensi:
Contoh: Seorang siswa menulis resensi buku setelah membaca dengan cermat, menyajikan pemikiran kritis tentang narasi, karakter, dan pesan buku.
6. Membaca Petunjuk Pemakaian:
Skenario: Seseorang membeli perangkat elektronik baru dan perlu mengatur pengaturan dan fitur-fiturnya.
Literasi: Membaca dan memahami petunjuk pemakaian, panduan pengguna, atau informasi teknis yang disertakan.
7. Evaluasi Informasi Kesehatan:
Skenario: Seseorang mencari informasi tentang penyakit tertentu untuk mengambil keputusan tentang perawatan kesehatan.
Literasi: Mengevaluasi sumber informasi kesehatan, memahami istilah medis, dan menyusun pemahaman yang akurat.
8. Analisis Persyaratan Kontrak atau Perjanjian:
Skenario: Seseorang hendak menandatangani kontrak sewa atau perjanjian layanan.
Literasi: Membaca dan memahami setiap klausul dalam kontrak, mengidentifikasi hak dan tanggung jawab, dan menilai implikasi jangka panjang.

Numerasi:
1. Pengelolaan Keuangan Pribadi:
Contoh: Seorang individu membuat anggaran bulanan, menghitung pengeluaran, dan menentukan berapa banyak uang yang bisa disisihkan untuk tabungan.
2. Pengukuran Dalam Memasak:
Contoh: Seseorang mengukur bahan makanan dengan tepat menggunakan alat pengukur, mengikuti resep dengan cermat untuk memasak makanan.
3. Perhitungan Rute Perjalanan:
Contoh: Seorang pengemudi menggunakan aplikasi peta untuk menghitung jarak tempuh dan perkiraan waktu perjalanan sebelum memulai perjalanan.
4. Analisis Data Penjualan:
Contoh: Seorang pebisnis menggunakan data penjualan untuk mengidentifikasi tren, menghitung laba, dan membuat keputusan strategis terkait persediaan dan pemasaran.
5. Pengukuran dalam Proyek Rumah Tangga:
Contoh: Seorang individu yang merencanakan proyek perbaikan rumah mengukur dimensi ruangan, menentukan jumlah bahan yang dibutuhkan, dan menghitung perkiraan biaya.
6. Perencanaan Keuangan Pribadi:
Skenario: Membuat anggaran bulanan dan merencanakan pengeluaran.
Numerasi: Menghitung pendapatan, mengalokasikan dana untuk kebutuhan dan keinginan, serta mengelola keuangan pribadi secara efektif.
7. Mengukur Resep Masakan:
Skenario: Memasak dengan mengikuti resep yang memerlukan pengukuran bahan-bahan.
Numerasi: Mengukur jumlah bahan, menghitung proporsi, dan membuat penyesuaian jika diperlukan.
8. Pembandingan Penawaran Belanja:
Skenario: Mencari penawaran terbaik untuk produk tertentu.
Numerasi: Membandingkan harga, menghitung diskon, dan mengevaluasi nilai barang yang ditawarkan.

Integrasi Literasi dan Numerasi:
1. Pemilihan Produk Berdasarkan Review:
Contoh: Seseorang membaca review produk online (literasi) dan membandingkan harga serta ulasan untuk menghitung nilai produk yang terbaik (numerasi).
2. Penggunaan Instruksi Pemakaian Barang Elektronik:
Contoh: Seseorang membaca petunjuk penggunaan perangkat elektronik (literasi) dan mengikuti langkah-langkah pemrograman atau pengaturan tertentu (numerasi).
3. Perencanaan Rencana Liburan:
Contoh: Seorang individu membaca panduan perjalanan (literasi) dan menghitung anggaran serta biaya perjalanan (numerasi) untuk merencanakan liburan yang sesuai.
4. Pemahaman Faktur dan Tagihan:
Contoh: Seorang konsumen membaca dan memahami detail tagihan (literasi) serta melakukan perhitungan untuk memastikan pembayaran yang tepat (numerasi).
5. Menganalisis Data Kesehatan:
Contoh: Seseorang membaca laporan medis (literasi) dan memahami hasil tes serta menghitung parameter kesehatan yang relevan (numerasi).
6. Mengelola Jadwal dan Waktu:
Skenario: Mengatur jadwal harian yang efisien.
Literasi: Membaca dan memahami agenda atau jadwal.
Numerasi: Menghitung durasi kegiatan, menetapkan prioritas, dan mengoptimalkan penggunaan waktu.
7. Navigasi dengan Peta atau Aplikasi Navigasi:
Skenario: Merencanakan rute perjalanan untuk menghindari kemacetan.
Literasi: Membaca dan memahami peta atau petunjuk arah.
Numerasi: Menghitung jarak, memperkirakan waktu perjalanan, dan memilih rute yang paling efisien.
8. Penyusunan Rencana Perjalanan:
Skenario: Merencanakan liburan atau perjalanan bisnis.
Literasi: Membaca ulasan hotel, memahami aturan perjalanan, dan membuat rencana perjalanan.
Numerasi: Menghitung anggaran perjalanan, merencanakan aktivitas harian, dan memperkirakan biaya.

Dalam kehidupan sehari-hari, literasi dan numerasi saling melengkapi untuk membantu individu membuat keputusan yang informasional, memecahkan masalah, dan mengelola aspek-aspek penting dalam kehidupan mereka. Keterampilan ini memiliki dampak yang signifikan pada kemampuan seseorang untuk berfungsi secara efektif dan mandiri dalam masyarakat.

Literasi dan numerasi bukan hanya sekadar keterampilan akademis; keduanya merupakan dasar bagi perkembangan siswa di berbagai aspek kehidupan. Siswa yang melek literasi dan numerasi cenderung lebih sukses di sekolah, lebih siap menghadapi tantangan di dunia kerja, dan lebih mampu berpartisipasi dalam masyarakat yang semakin terhubung dan kompleks. Oleh karena itu, pendidikan yang efektif perlu memprioritaskan pengembangan literasi dan numerasi sebagai fondasi penting bagi pertumbuhan dan kesuksesan siswa di era sekarang ini.

Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 2.1

Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 2.1

PEMBELAJARAN DIFERENSIASI MODEL 4 C: CONNECTION, CHALLENGE, CONCEPT, CHANGE

Oleh :
Achmad Falichul Hidayat, S.Kom
SMP Negeri 2 Lamongan
CGP Angkatan 9 Kab. Lamongan, Jawa Timur

Jurnal refleksi dwimingguan ini saya tulis setelah berpartisipasi dalam proses pendidikan Angkatan ke-9 Guru Penggerak. Jurnal ini berkaitan dengan pemahaman saya terhadap Modul 2.1 "Pembelajaran untuk Memenuhi Kebutuhan Murid". Dalam menyusun jurnal ini, saya mengadopsi model 4F yang meliputi Fakta (peristiwa), Feeling (perasaan), Findings (temuan/pembelajaran), dan Future (rencana tindakan).

Berikut ini hasil refleksi saya selama mengikuti Pendidikan guru penggerak Angkatan 9 selama dua minggu ini:

Fact (Peristiwa)

Dalam dwi mingguan kelima, dari tanggal 20 oktober hingga 2 nopember 2023, seluruh Calon Guru Penggerak Angkatan 9 mempelajari Modul 2.1 dan mengikuti serangkaian kegiatan pelatihan di LMS (Learning Management System) sesuai jadwal yang telah ditentukan, dipandu oleh Pengajar Praktik, Fasilitator, dan Instruktur. Pelatihan ini mengikuti alur MERDEKA, yaitu Mulai dari Diri, Eksplorasi Konsep, Ruang Kolaborasi, Demonstrasi Kontekstual, Elaborasi Pemahaman, Koneksi Antar Materi, dan Aksi Nyata.

Kegiatan diawali dengan mengerjakan Pre-test paket modul 2 dan dilanjutkan dengan mempelajari Mulai dari Diri dan Eksplorasi Konsep dengan moda mandiri pada tanggal 20 oktober 2023.

Eksplorasi Konsep dilanjutkan pada tanggal 23-24 oktober 2023 melalui Forum Diskusi. Dalam eksplorasi konsep ini, banyak konsep diperoleh, termasuk disiplin positif, teori kontrol, teori motivasi, hukuman dan penghargaan, posisi kontrol guru, kebutuhan dasar manusia, keyakinan kelas, dan segitiga restitusi.

Video Conference di alur Ruang Kolaborasi sesi 1 dilaksanakan pada hari rabu, tanggal 25 Oktober 2023, pukul 15.00 s.d 17.45 WIB. Kelas dibagi menjadi 4 kelompok sesuai jumlah kasus yang akan dianalisis dalam diskusi. Saya termasuk kelompok 4 (SMA/SMK) bersama rekan Calon Guru Penggerak (CGP) lainnya, yaitu Pak Slamet, dan Ibu Iza. Kelompok ini berdiskusi untuk menganalisis kasus penerapan disiplin positif, yang kemudian dipresentasikan pada Video Conference alur Ruang Kolaborasi sesi 2 pada hari kamis, tanggal 26 oktober 2023, pukul 15.00 s.d 17.45 WIB.

Demonstrasi Kontekstual dilaksanakan pada tanggal 27 oktober hingga 1 nopember 2023. Di bagian ini saya saya menyusun RPP untuk pembelajaran berdiferensiasi dalam mata pelajaran Informatika dan fokus pada materi Sistem Komputer kelas VII.

Pada hari selasa, tanggal 31 Oktober 2023, pukul 15.30 s.d 17.00 WIB, saya mengikuti sesi elaborasi pemahaman melalui Video Conference (vcon) bersama Instruktur, Ibu Reni Nurhapsari (201511896810@guruku.id). Dalam sesi ini, saya sangat bersyukur karena mendapat panduan yang sangat jelas dari instruktur yang luar biasa, Ibu Desi Andriani. Beliau memberikan gambaran yang sangat terperinci tentang penerapan pembelajaran berdiferensiasi di kelas.

Ketika saya menyusun koneksi antar materi, saya menyadari bahwa semua materi yang telah saya pelajari dari modul 1.1 hingga 2.1 sangat erat kaitannya dengan prinsip memberikan prioritas pada proses pendidikan kepada para murid.

Sebagai tindakan nyata yang telah saya lakukan, saya telah menerapkan pembelajaran berdiferensiasi pada kelas VII SMP dalam pelajaran Informatika.

Feeling (Perasaan)

Saya merasa sangat bersyukur memiliki kesempatan untuk memperdalam pemahaman tentang Pembelajaran Berdiferensiasi. Materi dan interaksi dengan rekan-rekan telah membuat saya semakin termotivasi untuk mengimplementasikan pendekatan ini dalam pengajaran saya.

Saya merasa optimis dan antusias untuk menjalankan pembelajaran yang lebih mendukung kebutuhan belajar individu murid saya. Terlibat dalam sesi ruang kolaborasi dan berdiskusi dengan kelompok telah memperkaya pemahaman saya, dan saya merasa lebih siap untuk menghadapi tantangan dalam mengelola keragaman di kelas.

Finding (Pembelajaran)

Dalam modul ini, saya belajar bahwa Pembelajaran Berdiferensiasi adalah upaya guru untuk menyesuaikan proses pembelajaran agar sesuai dengan kebutuhan belajar individu murid. Kunci utama dalam pembelajaran berdiferensiasi adalah merespon kebutuhan belajar murid dengan cermat. Penting untuk memiliki tujuan pembelajaran yang jelas, merencanakan respons terhadap kebutuhan belajar murid, menciptakan lingkungan belajar yang mengundang, mengelola kelas dengan efektif, dan melakukan penilaian berkelanjutan.

Saya juga memahami bahwa kebutuhan belajar murid dapat dikategorikan dalam tiga aspek: kesiapan belajar, minat, dan profil belajar. Kesiapan belajar adalah kapasitas murid untuk mempelajari materi baru, minat adalah faktor psikologis yang memengaruhi motivasi belajar, dan profil belajar adalah cara unik murid dalam memproses informasi.

Dalam konteks pembelajaran berdiferensiasi, saya menemukan tiga strategi utama: diferensiasi konten (mengubah materi pembelajaran), diferensiasi proses (mengubah cara pembelajaran disampaikan), dan diferensiasi produk (mengubah tugas atau penilaian). Saya merasa sangat tertarik untuk mengimplementasikan strategi ini dalam kelas saya.

Future (Penerapan)

Setelah menyelesaikan modul ini, saya berencana untuk melakukan asesmen formatif awal untuk mengidentifikasi kebutuhan belajar individu murid. Saya juga akan merencanakan dan mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi dalam mata pelajaran yang saya ajarkan. Saya berharap dapat berkolaborasi lebih intensif dengan rekan guru, terutama mereka yang memiliki pengalaman dalam pembelajaran berdiferensiasi.

Selanjutnya, saya akan berusaha untuk membagikan praktik baik saya dengan rekan-rekan sejawat agar keberpihakan pada murid dan pembelajaran berdiferensiasi dapat menjadi budaya di sekolah kami. Saya yakin bahwa pengembangan diri ini akan membantu saya menjadi guru yang lebih efektif dan responsif terhadap kebutuhan belajar murid.

Demikian refleksi dwi mingguan saya tentang Modul 2.1 mengenai Pembelajaran Berdiferensiasi. Melalui perjalanan ini, saya berharap dapat terus tumbuh dan memberikan dampak positif pada pembelajaran di sekolah. Terima kasih dan semoga bermanfaat.

 

Salam Guru Penggerak!

Tergerak, Bergerak, Menggerakkan

Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 1.4

Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 1.4

Budaya Positif

Oleh :
Achmad Falichul Hidayat, S.Kom
SMP Negeri 2 Lamongan
CGP Angkatan 9 Kab. Lamongan, Jawa Timur

Dalam kesempatan ini, saya akan menyampaikan jurnal refleksi dwi mingguan saya pada Modul 1.4 tentang Budaya Positif. Jurnal refleksi ini menjadi komitmen rutin setiap selesai menyelesaikan materi pada setiap modul, dan merupakan tugas wajib bagi semua Calon Guru Penggerak. Saya akan memaparkan refleksi menggunakan model 4F, yaitu: 1. Facts (Peristiwa), 2. Feelings (Perasaan), 3. Findings (Pembelajaran), 4. Future (Penerapan).

Berikut ini hasil refleksi saya selama mengikuti Pendidikan guru penggerak Angkatan 9 selama dua minggu ini:

Fact (Peristiwa)

Dalam dwi mingguan keempat, dari tanggal 29 September hingga 19 Oktober 2023, seluruh Calon Guru Penggerak Angkatan 9 mempelajari Modul 1.4 dan mengikuti serangkaian kegiatan pelatihan di LMS (Learning Management System) sesuai jadwal yang telah ditentukan, dipandu oleh Pengajar Praktik, Fasilitator, dan Instruktur. Pelatihan ini mengikuti alur MERDEKA, yaitu Mulai dari Diri, Eksplorasi Konsep, Ruang Kolaborasi, Demonstrasi Kontekstual, Elaborasi Pemahaman, Koneksi Antar Materi, dan Aksi Nyata. Juga, Pendampingan Individu (PI) dilaksanakan sebulan sekali pada tanggal 9-13 Oktober 2023.

Kegiatan dimulai dengan Mulai dari Diri dan Eksplorasi Konsep dengan moda Mandiri pada tanggal 29 September 2023.

Eksplorasi Konsep dilanjutkan pada tanggal 2-5 Oktober 2023 melalui Forum Diskusi. Dalam eksplorasi konsep ini, banyak konsep diperoleh, termasuk disiplin positif, teori kontrol, teori motivasi, hukuman dan penghargaan, posisi kontrol guru, kebutuhan dasar manusia, keyakinan kelas, dan segitiga restitusi.

Video Conference di alur Ruang Kolaborasi sesi 1 dilaksanakan pada hari jumat, tanggal 6 Oktober 2023, pukul 18.00 s.d 20.45 WIB. Kelas dibagi menjadi 3 kelompok sesuai jumlah kasus yang akan dianalisis dalam diskusi. Saya termasuk kelompok 2 bersama rekan Calon Guru Penggerak (CGP) lainnya, yaitu Pak Ubaid, Ibu Umi, dan Ibu Iza. Kelompok ini berdiskusi untuk menganalisis kasus penerapan disiplin positif, yang kemudian dipresentasikan pada Video Conference alur Ruang Kolaborasi sesi 2 pada hari senin, tanggal 9 oktober 2023, pukul 15.00 s.d 17.45 WIB.

Demonstrasi Kontekstual dilaksanakan pada tanggal 10 dan 11 Oktober 2023. Dalam kegiatan ini, CGP berlatih menerapkan segitiga restitusi dengan mengambil dua kasus pembelajaran di sekolah. Tantangan muncul karena CGP diminta untuk mempraktikkan langsung dengan peserta didik sambil direkam untuk diunggah di LMS. Setelah itu, kami melanjutkan untuk membuat aksi nyata yang akan diunggah ke LMS.

Pada hari kamis, tanggal 12 Oktober 2023, pukul 15.30 s.d 17.00 WIB, saya mengikuti sesi elaborasi pemahaman melalui Video Conference (vcon) bersama Instruktur, Bapak bambang Siswanto (201510283072@guruku.id). Dalam sesi ini, beliau memberikan penguatan terkait modul 1.4 budaya positif. Selanjutnya, kami diminta untuk membuat koneksi antara materi sebelumnya dengan materi saat ini, membuat kesimpulan, dan menjawab pertanyaan panduan dalam materi koneksi materi. Setelah itu, kami diwajibkan membuat tabel rancangan aksi nyata.

Pada tanggal 17 oktober, saya mengikuti post tes paket modul 1, di mana saya diberikan waktu satu jam untuk menjawab 20 soal pilihan ganda terkait materi tersebut.

Feeling (Perasaan)

Setelah mempelajari Modul 1.4, perasaan saya menjadi sangat senang dan semakin antusias untuk menerapkan materi yang telah dipelajari. Saat saya mulai menerapkan pembuatan keyakinan kelas, saya menemukan pengalaman yang berbeda dan menarik. Dalam proses ini, murid dengan kesadarannya mengungkapkan nilai-nilai kebajikan dan disiplin positif yang akan diyakininya.

Saat melakukan kegiatan pembuatan keyakinan kelas, perasaan saya menjadi sangat senang karena ternyata murid juga antusias dan aktif dalam melaksanakannya. Saya merasa bahagia melihat partisipasi mereka dalam proses ini. Selain itu, ketika saya terlibat dalam praktik segitiga restitusi untuk memperbaiki kesalahan murid, saya merasakan kepuasan tersendiri. Saat melakukan restitusi, saya sangat menghargai ketulusan murid yang bersedia terbuka mengenai permasalahan yang dihadapi dan bagaimana mereka berkomitmen untuk memperbaikinya.

Pentingnya penghargaan dan ketulusan dalam proses restitusi membuat saya merasa senang dan termotivasi untuk terus melibatkan murid dalam pengambilan tanggung jawab atas tindakan mereka. Selain itu, ketika murid melanggar peraturan dan harus menerima konsekuensi sesuai dengan yang disepakati sebelumnya, saya merasa bahwa hal ini merupakan bagian penting dari proses pembelajaran yang bertanggung jawab dan adil. Perasaan ini semakin memperkuat tekad saya untuk memberikan dampak positif dalam pembelajaran dan perkembangan murid.

Finding (Pembelajaran)

Pembelajaran bermakna yang saya peroleh setelah mempelajari Modul 1.4 tentang budaya positif adalah bahwa sebagai calon guru penggerak, penting untuk menempatkan diri dalam posisi kontrol yang tepat dalam menerapkan budaya positif di sekolah. Posisi kontrol tersebut dapat diibaratkan sebagai manajer, di mana segitiga restitusi menjadi solusi yang efektif ketika ada murid yang melanggar keyakinan kelas.

Penerapan segitiga restitusi sebagai bentuk penyelesaian konflik memberikan dampak positif. Restitusi menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahan mereka dan kembali ke kelompok mereka dengan karakter yang lebih kuat (Gossen; 2004). Hal ini memastikan bahwa proses penyelesaian masalah berjalan dengan damai, sambil memperkuat karakter murid. Dengan demikian, mereka tidak hanya menyelesaikan konflik, tetapi juga berkembang menjadi individu yang lebih baik.

Penerapan segitiga restitusi dalam menanggapi pelanggaran keyakinan kelas bukan hanya sebagai tindakan disipliner, tetapi juga sebagai kesempatan untuk mendidik dan memperkuat karakter murid. Pendekatan ini memberikan kontribusi positif terhadap pembentukan identitas dan perkembangan murid, sehingga mereka dapat kembali ke kelompoknya dengan karakter yang lebih kuat dan lebih baik.

Future (Penerapan)

Saya akan berusaha mewujudkan budaya positif dengan mengimplementasikan konsep-konsep terkait, seperti disiplin positif, teori kontrol, teori motivasi, hukuman dan penghargaan, posisi kontrol guru, kebutuhan dasar manusia, keyakinan kelas, dan segitiga restitusi. Dengan menerapkan prinsip-prinsip ini, diharapkan bahwa ke depannya saya dapat membangun kerjasama dan kolaborasi yang lebih baik dengan seluruh warga sekolah dan pihak terkait.

Demikian refleksi dwi mingguan saya tentang Modul 1.4 mengenai Budaya Positif. Secara keseluruhan, Modul 1.4 ini mempelajari tentang pentingnya posisi kontrol dan segitiga restitusi menjadi landasan untuk membentuk karakter murid dengan damai dan memperkuat identitas mereka. Saya berharap dapat mengimplementasikan dengan maksimal dari apa yang sudah saya pelajari di modul 1.4 ini. Terima kasih dan semoga bermanfaat.

 

Salam Guru Penggerak!

Tergerak, Bergerak, Menggerakkan

Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 1.3

Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 1.3

Visi Guru PenggeraK

Oleh :
Achmad Falichul Hidayat, S.Kom
SMP Negeri 2 Lamongan
CGP Angkatan 9 Kab. Lamongan, Jawa Timur

Dalam kesempatan ini, saya ingin menyampaikan refleksi dwi mingguan terkait Modul 1.3 tentang visi guru penggerak. Jurnal ini menjadi sarana bagi saya untuk merenung setelah mengikuti kegiatan pendidikan, dan saya berkomitmen untuk secara rutin menulisnya setiap dua minggu.

Pertama-tama, saya ingin berbicara tentang peristiwa-peristiwa yang saya alami selama kegiatan pembelajaran pada Modul 1.3. Saya berhasil menyelesaikan semua materi yang disajikan dan merasa telah memperoleh banyak pengetahuan baru. Peristiwa tersebut menjadi landasan utama dalam tulisan refleksi ini.

Selanjutnya, mari kita bahas perasaan saya selama kegiatan tersebut. Saya merasa antusias dan termotivasi untuk terus belajar. Pemahaman tentang visi guru penggerak membawa dampak positif pada semangat dan dedikasi saya sebagai calon guru penggerak.

Berbicara tentang pembelajaran, saya menggunakan pendekatan model 4F, yaitu Fact (peristiwa), Feeling (perasaan), Findings (pembelajaran), dan Future (penerapan). Sebagai fakta, saya mengenali bahwa visi guru penggerak bukan hanya sebatas konsep, tetapi juga menjadi landasan bagi transformasi pendidikan. Perasaan antusias tersebut juga tercermin dalam pembelajaran saya, di mana saya merasa semakin siap untuk menjadi agen perubahan di dunia pendidikan.

Dari segi pembelajaran, saya menemukan bahwa visi guru penggerak membuka ruang untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Saya memahami pentingnya memiliki visi yang jelas dan kemampuan untuk menginspirasi orang lain. Ini menjadi temuan berharga yang akan saya terapkan dalam perjalanan karier pendidikan saya.

Ketika berpikir ke depan, saya merencanakan untuk menerapkan visi guru penggerak ini dalam tindakan sehari-hari saya sebagai calon guru. Saya ingin menjadi pemimpin yang dapat memotivasi dan membimbing siswa serta rekan kerja menuju perubahan positif dalam dunia pendidikan.

Berikut ini hasil refleksi saya selama mengikuti Pendidikan guru penggerak Angkatan 9 selama dua minggu ini:

Fact (Peristiwa)

Pada minggu ketiga bulan september 2023, tepatnya pada hari senin, 18 september 2023, saya memulai proses pembelajaran materi "Mulai dari Diri" dan "Eksplorasi Konsep" secara mandiri, sesuai dengan arahan dari Ibu Ninik Widayanti sebagai fasilitator. Modul 1.3 memiliki serangkaian tahapan kegiatan yang telah saya lalui, yakni Mulai dari Diri, Eksplorasi Konsep, Ruang Kolaborasi, Demonstrasi Kontekstual, Elaborasi Pemahaman, Koneksi Antar Materi, dan Aksi Nyata.

Pada tahap Mulai dari Diri, saya merumuskan visi sebagai seorang guru penggerak yang sesuai dengan profil pelajar Pancasila. Saya menyadari pentingnya memiliki visi yang berpihak pada murid sebagai dasar segala inisiatif perubahan dalam pendidikan. Visi dianggap sebagai harapan besar yang diinginkan di masa depan, dan sebagai guru, saya harus mampu menyusun visi yang melampaui zamannya.

Dalam tahap Eksplorasi Konsep, saya memahami betapa krusialnya visi yang mendukung murid sebagai landasan bagi inisiatif perubahan dalam dunia pendidikan. Saya menyadari bahwa guru bukan hanya mentransfer ilmu pengetahuan, tetapi juga bertanggung jawab atas kesuksesan murid dalam melangkah ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Untuk mewujudkan visi tersebut dan menjalankan proses perubahan, saya diperkenalkan pada pendekatan atau paradigma yang disebut Inkuiri Apresiatif (IA). IA merupakan pendekatan manajemen perubahan yang kolaboratif dan berbasis kekuatan, menggunakan prinsip utama psikologi positif dan pendidikan positif. Pendekatan IA diterapkan melalui tahapan BAGJA: Buat pertanyaan, Ambil pelajaran, Gali mimpi, Jabarkan rencana, dan Atur eksekusi.

Pada hari rabu tanggal 20 September 2023, diadakan forum diskusi melalui Ruang Kolaborasi LMS pada pukul 15.00 s.d 18.00. Dalam forum ini, kami saling berdiskusi, menyampaikan pendapat, dan memberikan komentar terhadap pendapat teman-teman lain. Kami diminta untuk membuat prakarsa perubahan dan merumuskan tahapan BAGJA sesuai dengan prakarsa perubahan kelompok.

Hasil diskusi kelompok dipresentasikan secara bergantian pada hari kamis tanggal 21 september 2023 pukul 15.00 s.d 18.00 WIB sesuai dengan tugas masing-masing dan didampingi oleh Fasilitator Ibu Ninik Widayanti. Diskusi berjalan dengan sangat antusias dan produktif, dengan adanya pertukaran pendapat yang memperkaya pemahaman kami tentang alur BAGJA. Masukan dari kelompok lain membuat ide sederhana kami menjadi kuat dan inspiratif sebagai inovasi prakarsa perubahan BAGJA.

Pada tanggal 22 September 2023, kami mempelajari materi Demonstrasi Kontekstual dan ditugaskan untuk membuat tugas yang harus diunggah ke dalam LMS untuk meningkatkan pemahaman tentang materi yang telah dipelajari. Saya memilih menggunakan format PDF untuk tugas demonstrasi kontekstual ini.

Pada tanggal 26 September 2023, kami mengikuti sesi virtual dengan Instruktur Bapak Munajat (201511579412@guruku.id), dalam tahap Elaborasi Pemahaman sebagai penguatan untuk Modul 1.3. Dalam sesi ini, kami belajar menentukan kalimat visi yang sesuai dengan profil pelajar Pancasila, menentukan prakarsa perubahan yang menantang, bermakna kontekstual, dan relevan. Kami memahami bahwa prakarsa perubahan merupakan bagian integral dari visi yang ingin dicapai. Kami juga membuat tahapan BAGJA untuk rencana perubahan di tempat kerja, dengan menggunakan paradigma dan pendekatan Inkuiri Apresiatif, serta berkomitmen menjalankan semua rencana perubahan tersebut di sekolah.

Feeling (Perasaan)

Selama mempelajari Modul 1.3 tentang visi Guru Penggerak, perasaan saya terutama mencakup rasa senang dan semakin termotivasi untuk mendalami peran pendidikan guru penggerak. Kesemangan ini melahirkan kebersemangan dan keyakinan dalam menerapkan visi yang telah saya susun. Saya merasa bersemangat untuk mengimplementasikan rencana perubahan yang telah dirancang dengan teliti. Rasa semangat dan motivasi ini menjadi pendorong untuk menciptakan budaya positif dalam menjalankan prakarsa perubahan, sehingga visi yang saya miliki dapat terwujud.

Saya aktif mengelola waktu dengan sebaik-baiknya tanpa mengabaikan kegiatan lain, baik di lingkungan sekolah, di rumah, maupun dalam masyarakat. Hal ini sebagai bentuk tanggung jawab saya dalam menerapkan konsep yang saya pelajari dari Modul 1.3. Aksi nyata mulai saya lakukan dalam konteks kelas dan lingkungan sekolah sebagai langkah konkret untuk mewujudkan visi guru penggerak yang saya miliki.

Finding (Pembelajaran)

Setelah menjalani pembelajaran Modul 1.3, saya berhasil menarik beberapa temuan berharga terkait kepemimpinan perubahan positif. Saya menyadari bahwa dalam memimpin perubahan, strategi yang terencana dan pemahaman terhadap inkuiri apresiatif sebagai paradigma sangatlah penting. Tahapan BAGJA, yang merupakan singkatan dari Buat pertanyaan utama, Ambil pelajaran, Gali mimpi, Jabarkan rencana, dan Atur eksekusi, merupakan model manajemen perubahan yang diadopsi dari model 5D (Define, Discover, Dream, Design, Deliver) dalam kerangka inkuiri apresiati.

Saya memahami bahwa menyusun BAGJA bisa dilakukan dengan pendekatan Amati, Tiru, dan Modifikasi. Proses ini memungkinkan kita untuk belajar dari keberhasilan orang lain, dan kemudian mengadaptasi konsep tersebut ke dalam konteks perubahan yang kita inginkan. Selain itu, saya menyadari bahwa melakukan perubahan positif tidak selalu dimulai dengan mengidentifikasi masalah, tetapi lebih kepada fokus pada kekuatan yang telah ada, sehingga pemikiran kita dapat dialihkan kepada hal-hal yang positif.

Pentingnya merumuskan visi sebagai guru penggerak juga menjadi salah satu pembelajaran signifikan dari modul ini. Merumuskan visi tidak hanya tentang memiliki gambaran masa depan, tetapi juga berkaitan dengan kemampuan untuk merumuskan prakarsa perubahan yang konkret. Tahapan BAGJA memberikan kerangka kerja yang sistematis untuk merencanakan dan mengimplementasikan perubahan.

Dengan memahami konsep-konsep tersebut, saya merasa lebih siap dan terlatih untuk menjalankan peran sebagai guru penggerak, yang mampu memimpin perubahan positif dalam dunia pendidikan.

Future (Penerapan)

Setelah menyelesaikan modul 1.3 tentang visi guru penggerak, saya berkomitmen untuk menerapkan dan mewujudkan visi pribadi, yaitu "Menciptakan sekolah yang berpihak pada siswa untuk membentuk insan berkarakter dan memiliki kemampuan abad 21 sesuai dengan profil Pelajar Pancasila." Sebagai langkah konkret, saya akan menerapkan prakarsa perubahan yang telah saya rumuskan, yaitu "Pembentukan karakter peserta didik."

Rencana perubahan ini telah saya susun sesuai dengan tahapan BAGJA, dengan merinci pertanyaan-pertanyaan yang relevan dalam setiap langkahnya. Selanjutnya, saya akan fokus pada pembelajaran yang berpihak pada murid dan menciptakan lingkungan pembelajaran yang nyaman. Rencana ini juga melibatkan inovasi terus-menerus dalam mengembangkan ide-ide baru dalam proses pembelajaran.

Penting untuk mencapai visi dan prakarsa perubahan, oleh karena itu, saya akan aktif berkolaborasi dengan rekan sejawat dan pihak sekolah. Kerjasama ini akan membantu dalam mengimplementasikan rencana perubahan secara lebih efektif dan menyeluruh. Saya juga berencana melaksanakan refleksi pembelajaran secara rutin bersama siswa dan rekan sejawat untuk mendapatkan masukan dan evaluasi yang konstruktif.

Sebagai seorang guru penggerak, saya berkomitmen untuk menjadi teladan di sekolah, mendukung perkembangan karakter siswa, dan selalu berpihak pada kepentingan murid. Melalui upaya bersama dengan seluruh pihak terkait, saya optimis dapat mewujudkan visi dan prakarsa perubahan sebagai kontribusi positif dalam dunia pendidikan.

Demikian refleksi dwi mingguan saya tentang Modul 1.3 mengenai Visi Guru Penggerak. Secara keseluruhan, Modul 1.3 telah memberikan saya wawasan yang berharga dan memotivasi untuk terus berkembang sebagai seorang guru penggerak. Refleksi ini menjadi tonggak penting dalam perjalanan pendidikan saya, dan saya berharap dapat terus mengembangkan diri melalui pembelajaran yang inspiratif ini. Terima kasih dan semoga bermanfaat.

 

Salam Guru Penggerak!

Tergerak, Bergerak, Menggerakkan